Selasa, 27 Juli 2010

Presiden dan Lukisan


Suatu hari seorang presiden sebuah negara pergi melihat pameran lukisan-lukisan.
Karena saat itu beliau mengalami sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia mengajak satu ajudannya ut menuntunnya.
Presiden : “Wah, lukisan ini bagus. Gambar ikannya bener-bener hidup.”
Ajudan: “Shttt… Jangan keras-keras Pak. Itu gambar buaya.”
Kemudian mereka berpindah ke lukisan lain.
Presiden: “Gambar Gajah ini benar- benar gagah.”
Ajudan: “Shttt… Ojo keras-keras Pak. Itu gambar banteng.”
Presiden itu kemudian menahan diri memberi komentar sampai ia tiba pada satu pojok ruang pameran dia berseru:
“Wah, sing iki apik tenan. Lukisan Gorila nya begitu nyata anatominya.”
Ajudannya langsung tertegun dan berkata:
“Pssttt…. Jangan keras-keras Pak. Itu cermin!”

Minggu, 25 Juli 2010

Kalau Setetes?


Pada suatu hari ada seorang anak yang dari pagi mondar-mandir di depan rumahnya..
ternyata anak itu menunggu penjual es cendol..
Dan saat tukang es cendol datang si anak lekas berlari menghampiri si tukang cendol, anak itupun bertanya:
Anak: Mang..!! es cendol segelas berapa mang..??
Tukang cendol: Rp.1500 dik..!
Anak: Kalau setetes …??
Tukang cendol: kalo setetes sih gratis dik..!
Anak: Kalo gitu tolong gelas saya ditetesin es cendol sampai penuh mang yah..!

Pintar dan Pelit


Di stasiun kereta Jatinegara ada 2 orang Inggris dan 2 orang Yahudi sedang antre tiket ke Bandung. Si Inggris memperhatikan si Yahudi membeli tiket, mereka heran karena Yahudi itu hanya membeli hanya 1 tiket.
Lalu saat mereka naik ke dalam kereta, ternyata duduknya berdekatan. Setelah kereta jalan dan petugas datang untuk memeriksa tiket, kedua Yahudi itu bergegas masuk ke dalam toilet. Saat petugas menggedor pintu toilet untuk memeriksa tiket, pintu dibuka dan tampak tangan yang menjulurkan tiket kereta. ” Oh, begitu rupanya cara untuk mengakali tiket kereta, ” pikir si Inggris.
Pada perjalanan balik dari Bandung, si Inggris kebetulan bertemu lagi dengan si Yahudi. Si Inggris bertekad mempraktekkan cara si Yahudi dengan hanya membeli 1 tiket. Eh, ternyata si Yahudi tidak membeli tiket sama sekali. Si Inggris heran : ” Akal-akalan apa lagi ini?”
Cerita yang sama, petugas datang memeriksa tiket, lalu si Inggris berdua bergegas masuk ke dalam toilet. Si Yahudi langsung bangkit dan Mengetuk pintu toilet. Si Inggris mengangsurkan tiket dari balik pintu. Si Yahudi mengambil tiket Si Inggris dan dengan tenang menuju ke toilet yang lain.

Selasa, 20 Juli 2010

Kim Clijsters: Success in Career and Family


Clijsters (26 tahun) adalah petenis putri profesional asal Belgia. Ia memulai debutnya sebagai petenis profesional tepat pada 10 tahun yang lalu. Sejak saat itu, hari-harinya penuh dengan jadwal latihan padat, kerja keras, dan tur melelahkan ke berbagai belahan dunia untuk mengikuti berbagai turnamen tenis.

Kerja keras dan pengorbanan Clijsters terbayar, karena ia sukses mengumpulkan banyak gelar juara. Tepat pada tanggal 4 Agustus 2003, ia resmi menyandang gelar "petenis putri nomor satu dunia".

Prestasi Clijters semakin mengilat karena pada 2005, ia berhasil merebut titel "juara grand slam" pertamanya, di turnamen tenis bergengsi: AS Terbuka.

Pada bulan Mei 2007, perempuan cantik ini telah sukses mengoleksi 46 gelar juara dari turnamen WTA (Asosiasi Tenis Wanita) - 35 dari nomor tunggal putri dan sisanya dari nomor ganda putri. Luar biasa! Namun, tetap saja, ia merasa ada yang kurang dari hidupnya. Yakni, keluarga yang bahagia...

Maka, Clijsters pun mundur dari dunia tenis yang membesarkan namanya. Ia meninggalkan semua yang telah diraihnya dengan susah payah, lalu menikah dengan pemain bola basket asal AS, Brian Lynch. Keluarga ini kemudian memperoleh seorang putri cantik pada awal 2008,yang diberi nama Jada Ellie.

Kemudian di bulan Maret 2009, Clijsters kembali ke dunia tenis profesional. Absen selama 2 tahun, ia tidak lagi memiliki peringkat dunia. Tapi mentalnya siap. Clijsters berkata pada dirinya sendiri, "Oke, Kim, kamu mulai dari nol!"

Setelah mengikuti dua turnamen kecil di Cincinnati dan Toronto, Clijsters mengikuti turnamen AS Terbuka di New York pada September 2009. Datang sebagai petenis non unggulan dan non peringkat, tidak ada satu pihak pun yang menjagokan ibunya Jada ini, kecuali keluarganya.

Apa yang terjadi? Clijsters mampu tampil menawan dan impresif! Ia mengalahkan banyak petenis unggulan, melangkah ke babak final, dan akhirnya merebut gelar juara AS Terbuka setelah menekuk unggulan ke-9 yang berusia 19 tahun, Caroline Wozniacki (Denmark). Sejarah pun tercipta! Untuk pertama kalinya, seorang petenis yang tidak memiliki peringkat dunia bisa jadi juara di grand slam AS Terbuka. Dan, untuk pertama kalinya dalam waktu 29 tahun, ada seorang ibu yang jadi juara di turnamen grand slam (Evonne Goolagong Cawley dari Australia menjuarai turnamen Wimbledon, Inggris, pada 1980).

Saat diwawancara, Clijsters mengaku terkejut karena ia mendapatkan gelar dalam waktu cukup singkat. Secara umum, katanya, kunci untuk menang itu (dari dulu hingga sekarang) hanya dua: disiplin dan fokus. Tapi ada perbedaan besar pada dirinya, dulu dan sekarang. Dulu, pada 2005, ia bertanding dengan dilingkupi perasaan takut kalah dan takut bermain buruk. Pokoknya, ia sangat berambisi untuk menuai prestasi. Kini, pada 2009, ia bermain lebih bebas dan tanpa beban. Apa pun yang terjadi, ia bisa pulang ke rumah dan diterima dengan tangan terbuka oleh suami dan putrinya. Bagi Clijsters, suamidan anaknya adalah motivasi dan inspirasi terbesar baginya.

Clijsters juga bisa lebih menghargai waktu bersama orang-orang terkasih, dalam hal ini keluarga besarnya Ia ingin mengunjungi kakek/ neneknya saat ulang tahun, atau mendampingi saudara perempuannya yang akan melahirkan.

"Hal-hal kecil seperti itu sangat istimewa. Kita tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang masih kita miliki," kata Clijsters. "Dan, menyenangkan sekali dapat mengatur sendiri jadwal hidup kita! Bila saya merasa ada satu kejadian penting dan saya ingin hadir, maka saya akan berada di sana."

Dalam waktu dekat, Clijsters yang sekarang berperingkat 17 dunia ini akan tampil di turnamen tenis Luksemburg. Dan tahun depan, ia ingin tampil bagus di turnamen grand slam Australia Terbuka. Sadar bahwa kesuksesan perlu perjuangan, dan ia memiliki keluarga yang juga harus diperhatikan, atlet yang terkenal disiplin ini sudah menyiapkan jadwal khusus. Ia bangun pukul 7 pagi untuk membuatkan sarapan bagi keluarganya. Setelah itu, ia berlatih selama beberapa jam, kemudian menyiapkan makan siang. Saat putri kecilnya tidur siang, Clijsters melakukan latihan peregangan dan latihan beban lainnya. Semua dilakukan dengan senang hati.

"Saya tidak merasa bahwa ini terlalu sibuk. Sejak dulu, saya sudah terbiasa dengan kepadatan jadwal!"

Luar biasa, Kim Clijsters! Welcome back dan semoga tetap bisa berprestasi di dalam dan di luar lapangan.

When God Doesn't Make Sense


Ada seorang anak laki-laki yang berambisi bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi jenderal angkatan darat. Anak itu pandai dan memiliki ciri-ciri yang lebih daripada cukup untuk dapat membawanya kemanapun ia mau. Untuk itu ia bersyukur kepada Allah, oleh karena ia adalah seorang anak yang takut akan Allah dan ia selalu berdoa agar supaya suatu hari nanti impiannya itu akan menjadi kenyataan. Sayang sekali, ketika saatnya tiba baginya untuk bergabung dengan angkatan darat, ia ditolak oleh karena memiliki telapak kaki rata.

Setelah berulang kali berusaha, ia kemudian melepaskan hasratnya untuk menjadi jenderal dan untuk hal itu ia mempersalahkan Allah yang tidak menjawab doanya. Ia merasa seperti berada seorang diri, dengan perasaan yang kalah, dan diatas segalanya, rasa amarah yang belum pernah dialaminya sebelumnya. Amarah yang mulai ditujukannya terhadap Allah. Ia tahu bahwa Allah ada, namun tidak mempercayaiNya lagi sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang tiran (penguasa yang lalim). Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke dalam gereja. Ketika orang-orang seperti biasanya berbicara tentang Allah yang Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan rumit yang akan membuat orang-orang percaya itu kebingungan.

Ia kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter. Dan begitulah, ia menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian menjadi seorang ahli bedah yang handal. Ia menjadi pelopor di dalam pembedahan yang berisiko tinggi dimana pasien tidak memiliki kemungkinan hidup lagi apabila tidak ditangani oleh ahli bedah muda ini. Sekarang, semua pasiennya memiliki kesempatan, suatu hidup yang baru. Selama bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan beribu-ribu jiwa, baik anak-anak maupun orang dewasa. Para orang tua sekarang dapat tinggal dengan berbahagia bersama dengan putra atau putri mereka yang dilahirkan kembali, dan para ibu yang sakit parah sekarang masih dapat mengasihi keluarganya.

Para ayah yang hancur hati oleh karena tak seorangpun yang dapat memelihara keluarganya setelah kematiannya, telah diberikan kesempatan baru. Setelah ia menjadi lebih tua maka ia melatih para ahli bedah lain yang bercita-cita tinggi dengan tekhnik bedah barunya, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan. Pada suatu hari ia menutup matanya dan pergi menjumpai Tuhan. Di situ, masih penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Allah mengapa doa-doanya tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata, "Pandanglah ke langit, anakKu, dan lihatlah impianmu menjadi kenyataan." Di sana, ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa untuk bisa menjadi seorang prajurit. Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat dan menjadi prajurit. Di sana ia sombong dan ambisius, dengan pandangan mata yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah resimen. Ia kemudian dipanggil untuk mengikuti peperangannya yang pertama, akan tetapi ketika ia berada di kamp di garis depan, sebuah bom jatuh dan membunuhnya. Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada keluarganya. Semua ambisinya kini hancur berkeping-keping saat orang tuanya menangis dan terus menangis.

Lalu Tuhan berkata, "Sekarang lihatlah bagaimana rencanaKu telah terpenuhi sekalipun engkau tidak setuju." Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia memperhatikan kehidupannya, hari demi hari dan berapa banyak jiwa yang telah diselamatkannya. Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota keluarganya dan kehidupan baru yang telah diberikannya kepada mereka dengan menjadi seorang ahli bedah. Kemudian di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki impian untuk menjadi seorang prajurit kelak, namun sayangnya dia terbaring sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu melalui pembedahan yang dilakukannya. Hari ini anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi seorang jenderal. Ia hanya dapat menjadi jenderal setelah ahli bedah itu menyelamatkan nyawanya.

Sampai di situ, Ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama dengannya. Ia mengerti bagaimana Allah telah memakainya sebagai alatNya untuk menyelamatkan beribu-ribu jiwa, dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit itu....


Untuk dapat melihat kehendak Allah digenapkan di dalam hidupmu, kamu harus mengikuti Allah dan bukan mengharapkan Allah yang mengikutimu...Apa yg kamu alami hari ini..mungkin kamu mengerti..Satu hal tanamkan di dalam hati...Yang Tuhan beri pastilah indah...Tuhan takkan memberi ular beracun pada yang minta roti...Tantangan, gangguan, hambatan, ancaman, cobaan hidup yang kamu alami takkan melebihi kekuatanmu...

Senin, 19 Juli 2010

Guy Laliberte: Show in Space


Awalnya adalah kesederhanaan. Namun dengan kesabaran, keuletan, dan ketegaran, seniman jalanan ini pun bisa meraih kemakmuran. Tak ada seniman lain yang bisa berdiri di panggung setinggi langit (benar-benar setinggi langit secara fisik) kecuali seorang Guy Laliberte. Bagaimana anak seorang perawat yang sekolahnya saja cuma sampai SMA bisa manggung di ruang angkasa?

Panggung itu berlangsung pada 9 Oktober 2009. Dunia menyaksikan Guy Laliberte berbicara dari stasiun ruang angkasa atau International Space Station (ISS) dalam satu program siaran langsung televisi ke bumi. ISS yang berjarak 300-an km dari muka bumi itu pun berubah jadi panggungnya.Laliberte tampil dengan mengenakan hidung badut.

Personel grup band U2, Bono, yang menjadi salah satu pendukung program itu melakukan dialog dengannya. Menurut Bono, Laliberte adalah "Badut pertama yang bisa menjelajah hingga ke ruang angkasa."

Laliberte bisa pergi ke ruang angkasa dengan membayarUS$ 35 juta (sekitar Rp319 miliar), agar biasa menggunakan pesawat ulang-alik milik Rusia, Soyuz. Statusnya adalah "turis ruang angkasa." Namun itu tak masalah karena Laliberte sanggup membayarnya. Di situlah kelebihan lelaki kelahiran 2 September 1959 ini. Ia berhasil mengubah dirinya yang kekurangan uang di jalanan pada masa mudanya menjadi lelaki yang kelebihan uang untuk jalan-jalan.

Laliberte terlahir sebagai seorang anak biasa. Orang tuanya masuk dalam kelompok kelas menengah di Quebec, Kanada. Ibunya seorang perawat dan ayahnya seorang excecutive public relation sebuah perusahaan di Quebec. Ia terbiasa dengan kegembiraan dan alunan musik di rumah. Dengan kegembiraan yang selalu mengelilinginya itu Laliberte mengaku tumbuh sebagai pemimpi. Ia terobsesi menjelajahi dunia dan bertemu dengan aneka budaya.

Jiwa petualangannya diwujudkan sejak SMA. Saat itu ia bergabung dengan grup musik "La Queula du loup". Dari grup musik inilah ia diperkenalkan pada musik jalanan. Ia membuat pertunjukan di jalanan dengan skill dan kepercayaan diri tinggi. Dengan bekal keterampilan itu (mulai dari main harmonika hingga main sulap) ia bisa menjelajahi berbagai kota. Ia lalu meminta izin orangtuanya untuk pergi ke Eropa agar bisa mempertunjukkan keahliannya di berbagai jalanan Eropa.

Tiba di London, Laliberte tak punya cukup uang sehingga tak punya tempat untuk menginap. Ia menghabiskan malam pertamanya di ibu kota Inggris dengan tidur di bangku taman Hyde Park. Setelah itu mulailah ia menjelajahi Eropa dengan biaya hidup dari hasil pertunjukan-pertunjukan jalanannya. Tak hanya mempertontonkan keahliannya, ia juga mencoba belajar banyak hal dari para street performers di seluruh kawasan Eropa.

Setahun merantau, Laliberte pulang ke Quebec. Ia mengawali hidup di tanah kelahirannya sebagai manusia normal. Ia bekerja di perusahaan pembangkit listrik. Namun, ia cuma bekerja tiga hari. Ada ada pemogokan massal yang membuatnya keluar. Alih-alih mencari pekerjaan baru, Laliberte malah bergabung dengan seniman jalanan Gilles Ste-Croix. Bersama Gilles, ia menggagas festival seni jalanan hingga pesta karnaval.

Awalnya, gagasan festival dan karnavalnya ditolak warga. Namun Laliberte tak patah semangat. Ia mencoba dan mencoba lagi dengan mencari kota lain yang bisa menerimanya.Sampai akhirnya gagasannya diterima dan berhasil diwujudkannya. Bahkan tak hanya itu. Ketika ia mengajukan proposal untuk menyelenggarakan festival seni besar-besaran memperingati 450 tahun penemuan Kanada, proposal itu diterima pemerintah Kanada. Dari sanalah namanya mulai melejit.

Sukses di Kanada ia mencoba menjajal Hollywood. Seorang seniman jika ingin menguasai dunia harus bisa diterima di Hollywood, katanya. Karena itu ia mempertaruhkan segalanya ketika ikut Los Angeles Arts Festival. "Hidup atau mati di LA," katanya bertekad. Ini karena uang yang dipertaruhkannya pas-pasan. Jika pertunjukannya gagal di LA, ia dan timnya tak akan bisa makan dan pulang karena tak punya uang. "Kita akan berhenti berkembang jika kita takut mengambil risiko," ujarnya tentang kenapa ia senekat itu.

Namun untuk memperkecil peluang buruk, sebelum berangkat ia mempersiapkan segalanya sesempurna mungkin. Persiapan mati-matian itu membuahkan hasil. Ia dan tim sirkusnya mendapat standing ovation dari bintang-bintang Hollywood. Sejak itu namanya akrab dengan Hollywood dan dunia entertainment serta kemudian mengangkat harkat derajatnya ke posisi tinggi.

Menurut sebuah taksiran seperti dilansir Wikipedia, harta Laliberte saat ini mencapai US$ 2,5 miliar atau lebih dari Rp 22,5 triliun. Dengan melihat harta keseluruhannya ini, harga tiket Soyuz itu jadi tak ada artinya. Itu setimpal dengan perjuangannya. Apalagi tiket itu untuk menyempurnakan kegilaan traveling-nya. Jika seluruh dunia sudah dijelajahi, mana lagi yang harus ditempuh? Satu yang tersisa yaitu ruang angkasa itu.

Orang akan terkagum-kagum jika membaca perjuangan hidupnya. Bagaimana mungkin seorang seniman jalanan yang adalah anak seorang perawat bisa bertamasya ke ruang angkasa? Laliberte membuktikannya.