Senin, 15 Oktober 2012

Berkah Kejujuran

Di sebuah desa yang terpencil, tersebutlah seorang petani tua bernama, Kalinda. Kalinda hidup sangat sederhana. Sehari-hari ia hanya mengandalkan kemampuannya mencangkul untuk membantu menggarap sawah orang lain. Keadaan Kalinda sebenarnya serba kekurangan, tapi ia tak pernah mengeluh. Ia bekerja dengan riang gembira. Satu-satunya harta Kalinda yang paling berharga adalah cangkulnya. Karena dengan cangkulnyalah Kalinda dapat mencari makan untuk sehari-hari.

”Wah...hari ini aku menggemburkan tanah dan menanam cukup banyak padi. Semoga imbalannya cukup untuk aku makan sampai esok....Hhh...melelahkan juga...mungkin ada baiknya aku beristirahat di dekat kali sebentar.” Kalinda berkata dalam hati. ”Aah...nyaman sekali di sini...rimbun dan sejuk...cocok sekali untuk beristirahat setelah seharian di sawah...” Kalinda berkata sambil bersantai di pinggir kali.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Mengapa Kura-kura Berjalan Lambat?

Di sebuah kerajaan hutan, hiduplah para hewan dengan aman dan damai. Pemimpin mereka adalah Siga si Raja Hutan yang adil dan bijaksana. Wah, kebetulan hari ini adalah ulang tahun Raja Siga. Semua warga hutan sedang mempersiapkan pesta besar! 

”Selamat pagi, Bu Mia Kucing. Ini undangan untuk hadir di pesta ulang tahun Raja Siga. Permisi.” Raku si Kura – Kura langsung melesat pergi secepat angin setelah menyerahkan undangan ke Mia si Kucing. ”Uh Raku, belum sempat aku ucapkan terima kasih, dia sudah pergi jauh. Memang cocok sekali Siga si Raja Hutan menyuruh Raku untuk menyebar undangan. Larinya kan cepat sekali.” Ujar Mia si Kucing. 

Senin, 08 Oktober 2012

Cerita Tentang Jari

Anakku, apakah kamu tahu nama masing-masing jari di tangan kalian? Hayo, coba disebutkan satu-satu: ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Hebat! Kelima jari ini bentuknya berbeda-beda, dan semua punya tugas masing-masing. Eh eh, tapi ada suara apa ya itu? Sepertinya para jari sedang bertengkar. Wah wah, ada apa ya ini?

“Akulah yang paling hebat!” Ibu jari berkata dengan suara lantang. ”Aku! Akulah yang paling berguna!” Telunjuk tidak mau kalah. ”Ah kalian tak akan mengalahkanku. Aku yang terpenting.” Jari Manis juga ikut tidak mau kalah. ” Hey hey, dengarkan, akulah yang dibutuhkan manusia!” Kelingking tiba – tiba ikut membanggakan dirinya. ”Hey, hey, mengapa kalian bertengkar? Apa yang terjadi, ibu jari?” Jari Tengah berusaha menenangkan mereka.

Minggu, 07 Oktober 2012

Lobak Raksasa

Pada jaman dahulu kala, di sebuah negeri yang subur dan makmur, hidup dua orang kakak beradik yang sifatnya sungguh berbeda satu sama lainnya. Si Sulung adalah seorang pedagang yang kaya raya, tapi ya ampun... sungguh kikir dan sombong. Sedangkan si Bungsu adalah petani lobak yang hidup sederhana, tapi amat baik dan tulus. Nah, suatu hari, Raja yang memimpin negeri itu berulang tahun. Semua orang sibuk mempersiapkan pesta dan hadiah ulang tahun untuk sang raja. Termasuk si Sulung dan si Bungsu. 

”Hey, Bungsu. Kau sudah dengar bahwa raja akan berulang tahun pekan depan?” si Sulung menyapa si Bungsu. ”Ya, aku sudah dengar, tapi aku bingung..” si Bungsu kebingungan sambil garuk – garuk kepala. 

Kisah di Balik Menara Eiffel

Menara Eiffel (bahasa Perancis: Tour Eiffel) merupakan sebuah menara besi yang di bangun di Champ de Mars di tepi Sungai Seine di Paris. Menara ini telah menjadi ikon global Perancis dan salah satu struktur terkenal di dunia.

Struktur ini dibangun antara 1887 dan 1889 sebagai pintu masuk
Exposition Universelle, Pameran Dunia yang merayakan seabad Revolusi Perancis. Eiffel sebenarnya berencana membangun menara di Baecelona, untuk Pameran Universal 1888, tapi para pihak yang bertanggung jawab di balai Kota Barcelona menganggapnya aneh dan mahal, dan tidak cocok dengan kota itu. Setelah penolakan Rencana Barcelona, Eiffel mengirim drafnya kepada pihak yang bertanggung jawab untuk Pameran Universal di Paris, dimana ia membangun menaranya setahun kemudian, yaitu pada tahun 1889. Menara ini diresmikan pada tanggal 31 Maret 1889, dan dibuka tanggal 6 Mei. Tiga ratus pekerja menggabungkan bersama 18.083 bagian besi benam (bentuk murni dari besi struktural), menggunakan dua setengah juta paku, dalam bentuk struktural oleh Maurice Koechelin. Resiko kecelakaan sangat besar, untuk pencakar langit modern yang tak biasa menara ini terbuka tanpa tingkat tengah kecuali dua platform. Tetapi karena Eiffel mengambil sikap hati-hati, termasuk penggunaan takal bergerak, rel bantu dan layar, dan dalam hal ini hanya satu yang meninggal.

Kamis, 04 Oktober 2012

Dasar Tidak Tahu Berterima Kasih

Pada zaman dahulu hiduplah seorang petani sederhana bersama istrinya yang cantik. Petani itu selalu bekerja keras, tetapi istrinya hanya bersolek dan tidak mempedulikan rumah tangganya. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana dan hidup dari hasil pertanian sebagaimana layaknya keluarga petani. Sang istri yang cantik itu tidak puas dengan keadaan mereka. Dia merasa, sudah selayaknya jika suaminya berpenghasilan lebih besar supaya dia bisa merawat kecantikannya. Untuk memenuhi tuntutan istrinya, petani itu bekerja lebih keras. Namun, sekeras apa pun kerja si petani, dia tak mampu memenuhi tuntutan istrinya.

Rabu, 03 Oktober 2012

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Setelah dahulu pada zaman-zaman sebelumnya Brahma-Wishnu-Ishwara menjelma di dalam berbagai raja-raja di dunia,  maka kini pada zaman kaliyuga turunlah Sri Jinapati (Buddha) untuk meredakan amarah Bathara Kala. Sebagai-mana Sidharta Gautama, sebagai titisan Sri Jinapati, Sutasoma putra Mahaketu raja Hastina, keturunan Pandawa, meninggalkan kehidupan istana dan memilih  hidup sebagai seorang pertapa. Pada  suatu hari,  para  pertapa   mendapat  gangguan  dari Porusada,  raja  raksasa  yang  suka menyantap daging manusia. Mereka memohon kepada Sutasoma untuk membunuh raksasa itu, tetapi permintaan itu ditolaknya. Setelah dalam olah spiritualnya Sutasoma mencapai kemanunggalan dengan Sang Buddha Wairocana, akhirnya  ia kembali ke istana dan dinobatkan menjadi raja Hastina. Sementara itu Raksasa Porusada, yang ingin disembuhkan dari sakit parah pada kakinya, bernazar akan mempersembahkan seratus raja sebagai santapan Bathara Kala. Tetapi Sutasoma menyediakan diri disantap oleh Kala, asalkan seratus raja itu dibebaskan. Bahkan ketika Bathara Siwa sangat murka, dan karena kesaktiannya telah merusak dan membunuh para lawannya, Sotasoma titisan Sang Buddha menghadapinya dengan cinta kasih. Panah-panah api Siwa dihadapinya dengan kekuatan tapanya, berubah menjadi air amerta. Semakin marahlah Siwa, sehingga ia menjelma menjadi api Kala yang siap melebur jagad raya. Turunlah para bathara dari kahyangan untuk menyadarkan Siwa. Semua maharshi melantunkan mantera-mantera Wedha, dan berdoa agar dunia tidak dihancurkannya. “Jangan lakukan itu, wahai Tuanku”, mereka memohon. “Engkau guru kami. Berbelaskasihanlah kepada ciptaan ini sebelum kiamat tiba (yuganta)”.Rwāneka dhātu winuwus wara Buddha Wiswa, bhineki rakwa ring apan kena parwanosên, Mangkā Jinatwa lawan Śiwatatwa tunggal,  Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharmma mangrwa (Konon dikatakan wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Siwa dan Buddha memang berbeda, namun bagaimana kita mengenalinya dalam sekilas pandang? Hakikat ajaran Buddha dan Siwa sebenarnya tunggal. Berbeda-beda tetapi satu jua. Tidak ada kebe-naran yang mendua). Bathara Siwa yang menitis pada Porusada akhirnya meninggalkan tubuh raksasa itu, karena disadarinya bahwa Sutasoma adalah Sang Buddha sendiri. Porusaddha santa. Sang Porusada tenang kembali. Tiada nafsu membunuh, tiada nafsu menghancurkan sesama ciptaan.