Jumat, 29 Januari 2010

Arnold Schwarzenegger: The Hercules Leader


Kehidupan memang harus diperjuangkan dengan sepenuh hati, kerja keras, dilandasi ketekunan, keuletan, dan keyakinan untuk meraih mimpi dan cita-cita. Itulah pegangan hidup yang dijalani sosok "Hercules" Hollywood, yakni Arnold Schwarzenegger, sehingga bisa menjadi seorang superstar Hollywood yang masuk sebagai aktor termahal pada masanya. Dan, kini, selain sebagai aktor, mimpinya sejak kecil telah terlampaui. Saat berumur 10 tahun, Arnold pernah bercita-cita pindah ke Amerika, dari tanah kelahirannya di Austria. Namun, saat ini, tak sekadar pindah, ia sudah jadi orang nomor satu pemerintahan di salah satu negara bagian terbesar Amerika, yakni California.

Terlahir dari keluarga sederhana di Thal, Austria, kehidupan Arnold sedari kecil tergolong sudah penuh perjuangan. Sebab, ayahnya, Gustav Schwarzenegger, seorang polisi daerah, bertindak sangat keras pada anak-anaknya. Gustav bahkan sering memukuli anak-anaknya, termasuk Arnold, jika melakukan kesalahan, meski kecil sekalipun. Dari sikap ayahnya, ditambah lagi masalah keuangan yang sering mendera, kelahiran 30 Juli 1947 ini bertekad ingin merubah hidupnya. "Setiap kali saya kena pukulan, dan setiap kali ada orang yang mengatakan, kamu tidak bisa melakukan ini, saya katakan pada diri saya, ini tidak akan lama, karena saya akan keluar dari semua hal ini. Saya ingin jadi kaya, dan saya ingin jadi seseorang yang dihargai," sebut Arnold dalam salah satu kisahnya.

Arnold kecil sering menghibur diri dengan melakukan hobinya bermain olahraga. Salah satunya, yakni dengan bermain sepakbola. Ketika itu, pelatih bolanya kemudian mengajak dirinya berlatih angkat beban di sebuah pusat kebugaran. Hal ini segera menarik minatnya. Maka, di usianya yang sangat belia, 14 tahun, ia sudah berani memutuskan untuk menekuni binaraga sebagai jalan untuk mencapai mimpinya. Kebetulan, ia mendapat pelatih yang sangat mendukung karirnya, yakni Kurt Marnul, sehingga pada usia 17 tahun ia sudah mulai bisa mengikuti sejumlah kejuaraan. Selain itu, ia mengaku terinspirasi oleh seorang binaragawan Steve Reeves. "Prestasi Reeves yang sangat terkenal pada masa itu menginspirasi bahwa kita bisa tetap mencapai impian, meski orang terdekat kadang tidak memahami impian kita," sebut Arnold.

Kala itu, ada sebuah kejuaraan binaraga dunia, yakni Mr. Universe di Amerika. Menjadi juara di ajang ini menurut Arnold adalah pintu gerbang menuju impiannya. Karena itu, ia makin giat berlatih dan mengatur pola makan dengan sangat ketat. Pertama ikut serta, ia belum memperoleh gelar bergengsi tersebut. Namun, dengan latihan yang makin ketat, pada tahun berikutnya, gelar itu berhasil diraihnya. Bahkan, berhasil dipertahankan hingga empat kali berturut-turut. "Saya ingat, ketika saya datang ke sini (Amerika), kantong saya tak ada uang, tapi dipenuhi dengan impian, determinasi, dan hasrat," terang Arnold saat diwawancarai tentang keberhasilannya itu.

Sejak saat itulah, namanya makin dikenal. Dan, akhirnya, dunia film pun dirambahnya. Salah satu yang kemudian melejitkan namanya yakni Terminator yang dibuat hingga tiga seri. Selain film laga, sejumlah film komedi dan drama pun berhasil mengangkat namanya. Impiannya menjadi orang sukses di daratan Amerika pun berhasil diwujudkannya. Namun, ternyata, impiannya tak berhenti hanya sekadar jadi aktor. Didukung oleh istrinya, Maria Shriver, ia pun mencalonkan diri menjadi gubernur California.

Kepopulerannya ternyata berhasil mengantarkan dirinya menjadi gubernur negara bagian tersebut hingga dua kali. Terakhir, ia disumpah jadi gubernur periode kedua kalinya pada awal tahun ini. Saat menjabat itulah, berbagai program kepedulian sosial selalu diprioritaskan, selain berbagai program ekonomi. Salah satu yang saat ini sedang diperjuangkan adalah pemberian asuransi kesehatan kepada anak-anak. Dengan berbagai bentuk kepedulian tersebut, Arnold menjelma menjadi gubernur yang dicintai warganya.

Hidup dalam ketertekanan, jika mampu dimaknai sebagai sebuah ujian, maka bisa jadi batu loncatan menuju impian. Hal itulah yang dibuktikan oleh sosok Arnold Schwarzenegger yang berhasil mewujudkan impian masa kecilnya, meski mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari ayahnya sendiri sejak kecil. Dengan perjuangan, kerja keras, keuletan, dan ketekunan, Arnold mampu meraih semua impian di tengah berbagai keterbatasan dan cibiran dari orang terdekatnya sekalipun. Kepeduliannya pada sekitar pada saat menjadi gubernur menjadikan suksesnya makin bermakna. Inilah satu teladan yang perlu kita contoh dari seorang Arnold Schwarzenegger.

Lakshmi Mittal: Millionaire from India


Tahukah Anda perusahaan baja terbesar dunia saat ini? Pemiliknya, konon adalah salah satu dari orang terkaya di dunia. Beberapa kali, ia masuk lima besar orang terkaya dengan nilai miliaran dolar Amerika. Orang tersebut adalah Lakshmi Mittal atau juga dikenal sebagai Lakshmi Niwas Mittal. Pria asli India namun kini bermukin di London Inggris ini bahkan mendapat predikat sebagai orang terkaya di daratan Inggris. Simbolisasi kesuksesan Lakshmi dalam bisnis tercatat melalui kisahnya saat membeli rumah termahal dalam sejarah, Kensington Mansion, yakni senilai US$128 juta. Ia juga menikahkan putrinya, Vanisha, dengan sebuah pesta pernikahan paling mewah di abad 20. Konon untuk pesta itu, ia menghabiskan dana US$50 juta lebih.

Nilai kekayaan Lakshmi memang sangat menyilaukan. Tapi, sebenarnya, itu semua didapatnya dari perjuangan keras puluhan tahun. Sebab, awalnya, ia yang terlahir di Sadulpur, Churu, sebuah bagian dari Rajashtan India, adalah seorang yang sangat miskin. Saat kecil, ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah yang dihuni oleh 20 orang. Mereka hanya tidur di lantai, yang kadang beralaskan rotan. Untuk memasak, mereka membuat perapian dari tumpukan batu bata di belakang rumah yang dibangun oleh kakeknya.

Beruntung, ia dan keluarganya tak mau selamanya menderita. Mereka bertekad untuk bisa mengubah nasibnya. Karena itu, ia kemudian ikut ayah dan keluarganya pindah ke Calcutta India. Di sana - ayahnya - Mohan, mendapat peluang mengubah nasib setelah bermitra dengan salah satu rekan membuat sebuah usaha di bidang baja. Dan, inilah, rupanya awal Lakshmi berhubungan dengan sebuah usaha yang kini membesarkan namanya.

Ia pun kemudian berkesempatan untuk menyelesaikan pendidikan Bachelor of Commerce degree di St. Xavier's College Calcutta. Di sinilah, kemudian Lakshmi berupaya membuktikan bahwa pendidikannya tak sekadar teori. Ia pun lantas terlibat lebih jauh dengan usaha keluarganya di bisnis baja. Dengan pengetahuan dan pergaulannya yang luas, ia pun berupaya mengembangkan usaha keluarganya bukan hanya di India, melainkan menjangkau wilayah internasional.

Pada tahun 1976, Lakshmi kemudian mencoba membeli sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut di Indonesia. Dari sini, tangan dinginnya mampu membuat usahanya terus berkembang. Sayang, pada tahun 1994, saat di mana usaha keluarga itu makin menanjak, sebuah perbedaan, membuat usaha itu pecah. Lakshmi lantas memilih jalan membesarkan usahanya sendiri, tanpa melibatkan keluarga. Ia kemudian dibantu oleh istrinya, Usha.

Terbukti, larinya justru makin kencang. Ia berhasil mengembangkan Mittal Steel hingga merambah belasan negara dan empat benua. Ia juga menemukan sejumlah inovasi pengembangan usaha baja yang membuat pabriknya menjadi yang terbesar di dunia dengan jutaan ton produksi. Karena itu, tak heran jika ia kemudian dianugerahi berbagai predikat dari berbagai lembaga dan media di dunia. Dari Majalah Fortune Eropa, ia diberi predikat European Businessman of the Year 2004. Selain itu, ia juga digelari the Willy Korf Steel Vision Award di 1998 oleh American Metal Market and PaineWeber's World Steel Dynamics atas dedikasinya dalam industri baja.

Saat ditanya kunci suksesnya, Lakhsmi hanya mengatakan bahwa itu semua adalah hasil sebuah kerja keras. "Banyak orang bekerja keras. Karena itu, jika ingin sukses kita harus bekerja lebih keras dan mendedikasikan diri pada tujuan yang ingin kita capai," sebut Lakshmi.

Dengan kekayaan itu, Lakshmi tak lupa pada masa-masa sulitnya. Karena itu, meski tinggal di Inggris, ia tak lupa pada negaranya. Salah satu bentuk kepeduliannya yaitu dengan mengembangkan olahragawan di India agar bisa berprestasi internasional. Ia membuat Mittal Champions Trust dan menghibahkan dana US$9 juta untuk mendukung sejumlah atlet India agar bisa berprestasi dan mengharumkan nama bangsa. Selain itu, ia juga mengembangkan kepedulian pada negara tertinggal, seperti Kazahkstan dan Afrika Selatan, dengan menanamkan investasi di sana.

Sukses memang hak siapa saja yang mau berjuang meraihnya. Lakhsmi Mittal adalah salah satu contoh orang yang mampu merubah nasib dengan perjuangan keras dalam hidupnya. Namun, setelah sukses, ia pun tak melupakan negaranya. Tak hanya itu, ia pun peduli pada negara lain yang tertinggal. Sebuah kesuksesan, memang akan jauh lebih bermakna, jika kita bisa berbagi kepada sesama.

Yoo Ye-eun: Pearl of Disability


Piano punya alunan suara yang sangat indah dan bahkan bisa dijadikan semacam terapi musik untuk ketenangan jiwa. Karena itu, alat musik yang satu ini disukai banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa. Begitu pula bagi sosok muda belia bernama Yoo Ye-Un ini. Karena kecintaannya, bocah yang baru berusia lima tahun ini seolah tak bisa lepas dari piano.

Yang lebih fantastis, ternyata Yoo adalah seorang pianis handal yang tunanetra alias tak bisa melihat, bahkan mungkin ia tak tahu wujud pianonya itu sendiri. Tapi, mengandalkan intuisi dan pendengarannya, Yoo berhasil menjadi seorang pemain piano belia layaknya manusia normal. Kondisi inilah yang membuat ratusan penonton takjub-bahkan banyak yang berlinang air mata-saat menyaksikan Yoo mendentingkan piano.

Yoo memang sangat berbeda dengan anak pada usianya. Di usianya yang masih belia-ditambah memiliki keterbatasan pengelihatan sejak lahir-Yoo mampu memainkan karya-karya spektakuler dari komponis besar seperti Mozart, Chopin, maupun Beethoven. Yang mengherankan, hanya dengan sekali mendengar, ia dapat memainkan komposisi musik tersebut dengan sangat baik.

Karena kehebatannya, sebuah acara pencarian bakat bertajuk Star King di sebuah televisi di Korea menobatkannya menjadi pemenang. Ia pun mendapatkan hadiah sebesar satu juta won atau setara dengan Rp 9,1 miliar. Yoo juga diberi julukan "Jenius Mozart berumur lima tahun". Dengan kemenangannya di ajang kontes Star King, ia kini dikenal di mana-mana. Rekamannya juga dikirimkan ke Pandora TV, sebuah situs video streaming yang memungkinkan aksinya bisa dilihat di seluruh dunia.

Kemahiran Yoo memang seperti bakat dari alam. Hal ini mengingatkan kita pada sosok Hee Ah Lee yang juga jago bermain piano, meski jari kedua tangannya hanya ada empat. Kedua sosok ini menjadi gambaran nyata bahwa keterbatasan fisik bukanlah alasan untuk tak berkarya.

Yoo sendiri menurut beberapa tulisan disebut sudah mulai bisa memainkan piano sejak usia tiga tahun. Saat itu, Park Jung Soon, ibu angkatnya sangat terkejut dengan permainan piano Yoo. Sebab, ia tak merasa pernah mengajari Yoo bermain piano.

Dalam salah satu aksinya, Yoo yang sejak kecil sudah ditinggalkan orangtua kandungnya mampu membuat penonton berlinang air mata. Saat itu ia membawakan lagu You Were Born to be Loved. Barangkali inilah tumpahan hati yang tertuang dalam sebuah dentingan piano dari seorang anak yang tak mengenal putus asa. Meski buta, ia tetap berkarya sehingga itulah yang mengundang keharuan semua yang melihatnya.

Orangtua angkat Yoo sendiri tidak menyangka akan mendapatkan reaksi yang luar biasa dari orang banyak. Kini, Yoo telah tampil di berbagai negara. Tawaran bantuan pun mengalir seperti bantuan untuk menyembuhkan mata Yoo. Sayangnya, hingga kini, operasi yang telah dilakukan belum berhasil. Sampai sekarang Yoo masih tidak dapat melihat.

Walaupun dengan keterbatasan pengelihatan, Yoo mampu membuat dunia kagum padanya. Jari-jarinya yang lentik dapat memainkan piano dengan sangat indah. Keterbatasannya tidak menjadi penghalang bagi dirinya untuk berkarya. Sebuah kemampuan dan semangat luar biasa yang dimilikinya.

Kamis, 28 Januari 2010

Li Ka Shing: His Success Story


Apapun bisnis yang Anda tekuni hari ini, jika melakukan dengan penuh ketekunan dan kesabaran, plus daya juang luar biasa, apapun pasti bisa dicapai. Banyak orang yang sudah membuktikan hal ini. Termasuk orang-orang yang kemudian dicap "beruntung". Karena, sebenarnya, keberuntungan itu pastilah didapat oleh suatu sebab.

Hal ini jugalah yang terjadi pada sosok konglomerat Hong Kong bernama Li Ka Shing. Pria-yang dalam daftar orang terkaya versi majalah Forbes Amerika tahun 2007 menduduki posisi ke-9 dengan kekayaan diperkirakan mencapai US$ 32 miliar-ini di masa awal kejayaannya merintis usaha, sering disebut sebagai orang yang beruntung. Pasalnya, usaha Li kala itu adalah usaha bunga plastik yang bagi sebagian orang dianggap remeh. Namun, dengan kejeliannya, ia melihat peluang bahwa di negara barat banyak membutuhkan bunga plastik. Dari sanalah, bisnis yang dianggap remeh itu justru menjulangkan namanya.

Li Ka Shing sebenarnya memulai semuanya dari sebuah "keterpaksaan". Ia berasal dari sebuah keluarga miskin yang oleh karena perang, harus pindah dari China ke Hong Kong. Saat itu, ia tinggal di rumah pamannya yang lebih kaya. Karena dianggap remeh oleh keluarga pamannya, kelahiran Chaozhou, China 29 Juli 1928 ini bertekad kuat untuk bisa mandiri.

Tekad itu menjadi kenyataan setelah ayah Li meninggal dunia. Sebagai anak tertua, Li kemudian memikul tanggung jawab dengan menjadi tulang punggung keluarga. Padahal, saat itu Li baru menginjak usia 15 tahun. Pada usia yang sangat belia, Li kemudian mendapat pekerjaan sebagai buruh di sebuah pabrik plastik.

Tekad kuat, semangat baja, dan kemauan keras untuk merubah nasib membuat Li-yang harus bekerja 16 jam sehari kala itu- mampu berkembang pesat. Maka, pada tahun 1950-an, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri-setelah meminjam modal ke sejumlah relasi-di bisnis plastik dengan nama Cheung Kong Industries. Pelan tapi pasti, berkat kejelian mengamati tren, ia berhasil mendapat banyak keuntungan di bisnis bunga plastik yang diekspor ke negara barat.

Dari pabrik plastik, sayap bisnis Li makin berkembang. Kejeliannya menangkap peluang membuahkan ekspansi ke berbagai bidang. Dimulai dari bisnis real estat hingga mencakup bisnis telekomunikasi. Perusahaannya bahkan kemudian mencatatkan diri masuk bursa Hong Kong Stock Exchange pada 1972. Ia juga mengakuisisi Hutchison Whampoa pada 1975 dan Hong Kong Electric Holdings Limited pada 1985.

Kesuksesan itu tak membuat Li besar kepala. Ia mengaku semua itu bisa didapat karena adanya sinergi dan kerja sama dari berbagai unsur."Idealitas masyarakat hanya dapat diperoleh jika setiap anggotanya siap dan mau mengemban tugas masing-masing," katanya. Dengan prinsip tersebut, Cheung Kong Group kini memiliki operasi bisnis di 55 negara di dunia dan mempekerjakan sekitar 260 ribu staf.

Dengan kesuksesan tersebut, Li kini ingin berbagi. Sebab, ia terinspirasi betapa sulitnya masa hidupnya ketika masih kecil. Untuk itu ia mendirikan The Li Ka Shing Foundation, sebuah yayasan sosial yang bergerak dalam berbagai bidang, terutama pendidikan. Di antaranya ia mendonasikan dana sebesar US$11,5 juta untuk pengembangan pendidikan tinggi di Universitas Manajemen Singapura. Ia juga mendirikan Shantou University di Shantou China yang hingga kini telah meluluskan ribuan orang yang bekerja di berbagai bidang serta membantu dana pendidikan untuk Universitas Hong Kong.

Perjuangan masa kecil Li Ka Shing sungguh pahit. Namun, dengan keyakinan merubah nasib dan disertai semangat serta kerja keras, ia membuktikan bahwa dirinya mampu meraih kesuksesan. Kecepatannya menangkap peluang menjadi bukti bahwa ia juga seorang yang visioner. Kini, dengan pedoman sinergi dan kerja sama yang dijadikan prinsip kerjanya, ia membantu banyak orang melalui yayasannya untuk mencetak generasi muda terbaik di berbagai bidang. Sungguh, inilah gambaran contoh sukses yang mampu menularkan kebaikan ke mana-mana. Luar biasa!!!

Ingvar Kamprad - IKEA


Anda pernah mendengar nama mebel IKEA? Itu adalah merek mebel berkelas dunia yang sudah dikenal sejak lama. Nah, dari bisnis mebel tersebut, sang empunya merek ternyata pernah menjadi pengusaha terkaya-yang konon-bahkan pernah mengalahkan kekayaan sang taipan raja software, Bill Gates.

Nama IKEA ternyata adalah kepanjangan dari sang pemilik, Ingvar Kamprad, alias IK. Sedangkan nama EA adalah kepanjangan dari Elmtaryd-Agunaryd. Kedua kepanjangan yang disebut terakhir berasal dari nama tanah pertanian tempat Kampard dilahirkan, sedangkan Agunaryd merupakan nama desa terdekat tempat ia dilahirkan.

Merek IKEA kini memang seakan telah menjadi raja mebel dunia. Saat orang menyebut nama mebel, satu nama yang selalu ada di benak adalah IKEA. Namanya bahkan dianggap setara dengan merek ritel lain, seperti McDonald untuk fastfood dan Coca Cola untuk minuman bersoda.

Karena itu, tak heran jika Ingvar Kamprad kini dinobatkan sebagai orang terkaya ketujuh di dunia dengan total kekayaan US$ 31 Milyar oleh majalah Forbes 2008. Sebuah jumlah yang sangat fantastis mengingat ia-konon-hanya berbisnis di bidang mebel tersebut.

Bakat bisnis pria kelahiran 30 Maret 1926 di Swedia ini memang terlihat sejak usia belia. Pada usia dimana anak-anak sedang asyik bersekolah, Kampard sudah berdagang korek api. Ia menjajakannya ke teman-teman dan tetangganya dengan bersepeda. Dengan tekad yang kuat untuk menjadi orang besar, Kampard semakin gigih menjajakan korek apinya. Kemudian setelah labanya terkumpul, Kampard mencoba bisnis baru. Ia merambah bisnis lain, di antaranya yaitu berjualan ikan, dekorasi pohon natal, benih, pena, dan pensil.

Meski rajin berbisnis, ia tak lupa pendidikannya. Kampard merupakan siswa yang berprestasi. Karena prestasinya yang memuaskan, pada usia 17 tahun, sang ayah memberikan hadiah uang padanya. Alih-alih untuk bersenang-senang, ia pun memilih menggunakan uangnya untuk berbisnis. Pemberian ayahnya dimanfaatkannya untuk membuka IKEA. Namun, kala itu ia lebih banyak menjual berbagai barang kelontongan seperti pulpen, dompet, maupun bingkai foto. Melalui IKEA, Kampard terus menuai keuntungan. Usahanya semakin maju. Kemudian, keinginannya mengembangkan usaha mengantarkan pada usaha yang membesarkan IKEA hingga mendunia, yakni berbisnis mebel.

Namun, awalnya ia sebenarnya bukan hanya ingin berbisnis mebel. Hanya karena keterbatasan modallah yang membuat ia akhirnya memutuskan fokus pada penjualan mebel. Sebuah keputusan yang ternyata menjadi pilihan tepat sebagai penentu masa depannya.

Dalam bisnis tersebut, Kampard sempat jatuh bangun. Sebab, pesaing di bisnis itu sangatlah banyak. Tetapi jiwa bisnis yang telah dipupuk sejak belia membuatnya terus bertahan. Ia menggunakan strategi mempertahankan harga murah dengan kualitas yang prima. Untuk melebihi pesaingnya, Kampard membuat ruang pamer mebel dimana pelanggan dapat melihat-lihat kualitas produk yang diinginkannya dan desain-desain baru yang selalu dihadirkannya.

Strateginya sukses. Kesuksesan itu membuat Kampard mampu memperluas usahanya hingga keluar Swedia. Demi kemajuan usahanya, Kampard juga selalu berusaha menyediakan berbagai jenis desain dari banyak, seperti dari China, Vietnam, dan lain-lain. Berkat strategi penjualannya, IKEA menjadi sebuah perusahaan mebel raksasa yang memiliki lebih dari 200 outlet di 31 negara dan memiliki lebih dari 75 ribu pekerja.

Desain indah nan inovatif tersebut rupanya didukung oleh keberadaan yayasan sosial yang dibentuknya, Stichting INGKA Foundation. Di yayasan itu, ia mengembangkan pendidikan yang utamanya berhubungan dengan desain dan arsitek. Konon, dana yayasan tersebut melebihi kekayaannya sendiri. Bahkan, inilah yayasan yang disebut-sebut sebagai yayasan dengan dana terbesar di dunia, yakni mencapai US$ 36 miliar. Satu hal yang pasti, meski memiliki yayasan dan perusahaan mebel terbesar di dunia, Kampard dikenal sangat sederhana. Mobilnya hanyalah Volvo yang sudah berusia di atas 15 tahun dan saat bepergian pun ia hanya memilih menggunakan pesawat kelas ekonomi.

Berkat kegigihan dan keyakinannya untuk membangun usaha, IKEA yang dirintis Ingvar Kampard, menjadi perusahaan mebel raksasa dunia. Ia berhasil membuktikan segala usaha yang ditempuh dengan kerja keras pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Mahir dalam menciptakan peluang dan menentukan strategi penjualan merupakan kunci utama kesuksesan Kampard. Sebuah perjalanan hidup yang patut diacungi jempol dan layak untuk diteladani.

Rabu, 27 Januari 2010

Michael Phelps: The King of Water


Nama perenang Michael Phelps kini kian melambung di dunia olahraga. Phelps menjadi idola bagi orang banyak, termasuk para perenang yang ingin mengikuti jejak kesuksesannya. Sebab, Phelps berhasil mencetak rekor bersejarah dengan menjadi pengoleksi medali emas terbanyak di ajang Olimpiade Beijing 2008. Tak tanggung-tanggung, delapan medali emas berhasil digondolnya pada perhelatan akbar olahraga dunia itu. Ini juga berarti Phelps berhasil menaikkan standar suksesnya dibanding pada olimpiade Athena pada 2004. Pada Olimpiade Athena 2004, Phelps "hanya" berhasil menggondol enam medali emas. Prestasi ini membuat Phelps menjadi satu-satunya atlet yang membukukan 14 medali emas di ajang Olimpiade musim panas.

Phelps mengenal dunia renang sejak ia berusia tujuh tahun karena ia terinspirasi dengan dua saudara perempuannya, Whitney dan Hilary yang juga atlet renang. Bahkan, Whitney sempat menjadi anggota tim renang nasional AS pada Olimpiade 1996. Namun karena cedera, Whitney harus melepaskan kariernya di dunia renang.

Pria kelahiran Baltimore, Amerika Serikat 30 Juni 1985 ini pertama kali terjun di Olimpiade pada Olimpiade Sydney 2000. Saat itu Phelps baru berusia 15 tahun dan menjadi perenang putra termuda di ajang Olimpiade sejak 68 tahun. Waktu itu, ia tidak meraih medali. Phelps hanya mampu finish di urutan kelima pada nomor 200m gaya kupu-kupu.

Menjadi hanya sebagai pelengkap di olimpiade tersebut, Phelps pun menguatkan tekad memperbaiki performa. Phelps berlatih keras demi mewujudkan impiannya. Latihan kerasnya segera membuahkan hasil nyata. Lima bulan setelah Olimpiade Sydney, karier Phelps melambung dengan memecahkan rekor dunia 200 meter gaya kupu-kupu. Phelps merupakan perenang termuda yang memecahkan rekor dunia yang pernah ada. Tepatnya, ia mengukir rekor tersebut saat ia berusia 15 tahun 9 bulan.

Selain di Olimpiade prestasi Phelps juga melambung di Kejuaraan Dunia Renang maupun Kejuaraan Pan Pacific. Sampai saat ini, Phelps berhasil membukukan 40 medali emas, enam perak, dan dua perunggu yang didapatnya dari keikutsertaannya di ajang-ajang tersebut. Phelps pun selalu mencatatkan namanya di dunia renang dengan memecahkan banyak rekor dunia.

Keberhasilan Phelps tidak lepas dari kegigihannya dalam berlatih. Selain itu, Phelps juga sangat menjaga asupan makanan ke tubuhnya. Phelps membutuhkan banyak kalori karena aktivitasnya yang sangat padat untuk berlatih maupun bertanding. Phelps disebut-sebut membutuhkan sedikitnya 4000 kalori-bahkan lebih-setiap kali makan, beberapa kali lipat dari pria biasa sebayanya.

Setiap hari Phelps mengkonsumsi tiga sandwich telur goreng yang dilengkapi dengan keju, tomat, bawang, selada, dan mayonise. Selain sandwich, Phelps juga memakan lima omelette telur, semangkuk jagung olahan, tiga lembar roti panggang Prancis, juga tiga potong kue dadar coklat. Untuk minumnya, Phelps meminum dua cangkir kopi.

Jangan heran dulu, itu baru menu pembuka. Untuk menu makan siang, hampir setengah kilogram pasta disantapnya ditambah dengan dua potongan besar ham serta sandwich keju dengan daun selada yang dibungkus roti. Phelps pun meminum minuman yang memiliki 1000 kalori. Untuk menu makan malam agak sedikit berkurang, yaitu setengah kilo pasta serta ditambah dengan satu loyang pizza. Phelps pun menambah asupan 1000 kalori ke dalam tubuhnya dari minuman energi. Sungguh luar biasa bukan? Tapi, tentu semua itu langsung jadi sumber energi karena porsi latihannya pun sangat keras.

Sejak usia 11 tahun, ternyata ia sudah dibiasakan latihan sangat keras oleh pelatihnya. Untuk anak seusia itu, Phelps sudah dibiasakan berlatih sekitar lima jam sehari dan tujuh hari seminggu, tanpa istirahat! Konon, menurut pelatihnya, itu perlu dilakukan karena pada usia itulah seorang anak pertumbuhannya masih berkembang dengan pesat. Sehingga, latihan keras itulah yang konon kini mampu membentuk tubuh Phelps laksana ikan. Tapi, tak hanya itu yang membuat Phelps berjaya. Rupanya, ia selalu menanamkan pikiran sebagai pemenang dalam setiap kejuaraan yang diikutinya. "Saya rasa setiap hal akan menjadi mungkin jika kita melibatkan pikiran kita di sana dan memaksimalkan waktu dan kerja di bidang tersebut," sebutnya.

Kini, meski berbagai prestasi gemilang dan raihan emas telah digenggamnya, tidak membuat Phelps berpuas diri. Phelps mencanangkan banyak target yang ingin diraihnya seperti keinginannya untuk kembali memecahkan rekor dunia renang dan meraih medali emas sebanyak-banyaknya di Olimpiade London 2012. Selain Olimpiade, Phelps juga akan turun di Kejuaraan Dunia Renang.

Phelps tidak hanya berjiwa seorang pemenang namun ia juga berjiwa sosial. Hasil bonus yang diraihnya di Olimpiade Beijing 2008, ia dedikasikan untuk mendirikan sebuah yayasan sosial, Michael Phelps Foundation.

Terinspirasi dari kedua kakak perempuannya, membuat Phelps menjejakkan kakinya di dunia renang. Prestasi yang diukirnya bukanlah tanpa pengorbanan. Setiap harinya Phelps harus berlatih keras dan mengatur porsi makan untuk menjaga asupan kalori dalam tubuhnya. Kegigihan dan semangatnya menjadikan Phelps sebagai perenang handal di dunia. Raihan medali Phelps yang memukau saat ini tidak membuatnya berpuas diri. Phelps masih menargetkan dirinya untuk kembali memecahkan rekor renang dunia dan menyabet sebanyak-banyaknya medali emas di Olimpiade London 2012. Latihan keras dan keyakinan kuat sungguh merupakan teladan yang bisa kita contoh dari kesuksesan seorang Michael Phelps.

Selasa, 26 Januari 2010

Ma Li and Zhao Xiao Wei's Story


- Ma Li -
Ma Li adalah seorang balerina profesional, yang sudah membangun karirnya sejak masa kanak-kanak. Ia berasal dari Provinsi Henan, China. Sayangnya, ketika berusia 19 tahun (tahun 1996), ia mengalami kecelakaan mobil. Akibatnya, lengan kanannya harus diamputasi. Kemudian, kekasihnya pergi meninggalkannya.

Betapa bingung dan kecewanya Ma Li! Ia sempat mengurung diri di rumahnya selama berbulan-bulan. Namun, dukungan orangtua menguatkannya. Perlahan tapi pasti, ia melanjutkan hidupnya. Ia segera belajar melakukan mengurus diri dan rumahnya dengan satu lengan. Beberapa bulan kemudian, dia sudah membuka usaha, dengan mendirikan satu buah toko buku kecil.

Pada tahun 2001, Ma Li kembali ke dunia tari yang dicintainya. Ini hal yang sulit, karena dengan hanya satu lengan, ia kurang bisa menjaga keseimbangan tubuhnya - khususnya ketika melakukan gerakan berputar. Namun Ma Li tidak putus asa. Ia terus berusaha, hingga akhirnya ia bisa menyabet medali emas pada kompetisi tari khusus untuk orang-orang yang memiliki kekurangan pada fisiknya. Menurut Ma Li, di kompetisi itu, selain mendapatkan prestasi, ia juga mendapatkan dukungan dari orang-orang yang senasib dengannya. Dari situlah, ia mendapatkan dorongan motivasi dan rasa percaya diri yang lebih besar.

Pada 2002, seorang laki-laki bernama Tao Li jatuh cinta pada Ma Li. Tapi Ma Li meninggalkannya karena khawatir kejadian masa lalu yang menyakitkan terulang kembali.

Tao Li bukan pemuda yang mudah putus asa. Ia mencari Ma Li hingga ke Beijing, tempatnya meniti karir sebagai penari. Ketika bertemu kembali, pasangan ini tidak terpisahkan lagi.

Ma Li dan Tao Li sempat jatuh bangkrut saat virus SARS menyerang China (November 2002 hingga Juli 2003). Sebab, pada masa itu, semua gedung teater/seni ditutup! Namun mereka tetap berjuang dan bangkit kembali.

Setelah serangan virus SARS mereda, Tao Li mendapat izin resmi untuk menjadi agen Ma Li. Sambil berusaha mengembangkan diri dan usaha, kedua insan ini kerja sambilan sebagai pemeran figuran di berbagai lokasi syuting drama. Nah, pada suatu malam bersalju, keduanya pulang larut malam dan harus menghabiskan banyak waktu, untuk menunggu bus yang datang pada pagi hari. Agar tidak terlalu kedinginan, keduanya menari. Pada saat inilah, Tao Li mendapatkan ide untuk menciptakan tarian yang indah dan unik, tarian yang khas Ma Li. Ma Li setuju, dan mulai saat itu mereka mencari seorang penari pria (untuk menjadi pasangan menari Ma li) dan koreografer...

-Zhai Xiao Wei-
Pada umur 4 tahun, Zhai Xiao Wei sedang asyik bermain. Ia lalu mencoba memanjat sebuah traktor, lalu... terjatuh. Karena cedera berat, kaki kirinya harus diamputasi.

Beberapa saat sebelum diamputasi , ayah Xiao Wei kecil bertanya pada putranya: "Apakah kamu takut?"

"Tidak," jawab Xiao Wei. Ia kurang memahami arti amputasi.
"Kamu akan banyak mengalami tantangan dan kesulitan," kata sang ayah.
"Apakah itu tantangan dan kesulitan? Apakah rasanya enak?" tanya Xiao Wei.

Ayahnya mulai menangis. "Ya, rasanya seperti permen kesukaanmu," katanya. "Kamu hanya perlu memakannya satu persatu." Setelah itu, sang ayah berlari keluar ruangan.

Berkat dukungan orangtua dan lingkungannya, Xiao Wei tumbuh menjadi anak yang sangat optimis, periang, dan bersemangat. Kemudian, ia menjadi seorang atlet. Xiao Wei aktif di cabang olahraga lompat tinggi, lompat jauh, renang, menyelam, dan balap sepeda.

-Pertemuan Ma Li dan Zhai Xiao Wei-
Pertemuan itu terjadi pada bulan September 2005. Saat itu, Xiao Wei (21 tahun) sedang berlatih agar bisa tampil di kejuaraan balap sepeda nasional. Ma Li melihatnya dan merasa dialah partner menari yang cocok untuknya.

Ma Li berlari ke arah Xia Wei dan mengajukan berbagai pertanyaan.

"Apakah kamu suka menari?" Itulah pertanyaan pertama Ma Li.

Xiao Wei terkejut sekali. Bagaimana mungkin dia, yang hanya punya satu kaki, melakukan kegiatan seperti menari? Selain itu, Xiao Wei mengira bahwa Ma Li adalah perempuan bertubuh normal. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat saat itu Ma Li mengenakan lengan palsu dan pakaian khusus untuk menutupi cacat tubuhnya.

"Siapa namu kamu? Berapa nomor telepon kamu? Tinggal di mana?" begitulah selanjutnya pertanyaan-pertanyaan Ma Li. Xiao Wei diam saja - tidak menjawab sepatah kata pun. Maka, Ma Li memberikan selembar tiket pertunjukan tari kepada pria itu. Tawaran itu diterima.

Dua hari kemudian, Xiao Wei berdiri terpesona di gedung pertunjukan tari. Ia terkesan sekali dengan tarian yang dipersembahkan Ma Li. Akhirnya, ia setuju untuk menari balet bersama. Untuk itu, ia rela pindah ke Beijing untuk berlatih bersama Ma Li.

Selanjutnya, mereka latihan tiap hari, dari jam 8 pagi hingga 11 malam. Mulai dari melatih mimik wajah di depan cermin hingga gerakan-gerakan tari. Keduanya harus melalui masa-masa sulit, karena sebelumnya Xiao Wei tidak pernah menari. Sementara Ma Li sendiri, adalah seorang penari yang perfeksionis. Tahukah Anda, untuk mendapatkan gerakan "jatuh" yang tepat, Ma Li sampai rela dijatuhkan lebih dari 1.000 kali! Pada hari pertama berlatih "jatuh", gerakan benar yang pertama baru bisa dilakukan pada pukul 8 malam...

Apa yang terjadi berikutnya? Pada April 2007, mereka menyabet medali perak pada lomba tari "4th CCTV National Dance Competition" (saksikan videonya di AW Inspirational Video). Pasangan Ma Li/ Zhai Xiao Wei menjadi terkenal. Tarian "Hand in Hand" menjadi inspirasi bagi banyak orang. Apabila mau belajar dan berusaha mengatasi kekurangan yang ada pada diri kita, dan dengan tekun mengembangkan potensi diri, kita semua pasti mampu menjadi pemenang yang sesungguhnya!

Senin, 11 Januari 2010

Cinta Sejati


Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. kemudian ia duduk, meletakkan tasnya di pangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri.

Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya. “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?” dia bertanya-tanya,hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu penglihatannya takkan pernah pulih lagi.

Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.

Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.

Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja merekaterletak dipinggir kota yang berseberangan.

Mula - mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak.

Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. “Aku buta!” tujasnya dengan pahit. “Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku” Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan
seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya, wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi kearah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis … Setiap hari dijalaninya dengansempurna.

Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum’at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata :”wah, aku iri padamu”. Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, “Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?” Sopir itu menjawab, “Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu”. Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya.”Apa maksudmu?” Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung”. kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri, hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.