Selasa, 26 Mei 2009

Cerita Menggugah Tentang Mari dan Anak-anaknya







Pada pagi hari tanggal 23 Oktober 2004, seekor anjing bernama Mari melahirkan tiga anak anjing di Desa Yamakosi, Niigata Prefectura, Jepang. Pada sore harinya, suatu gempa bumi yang sangat kuat mengguncang Niigata dan menghancurkan desa itu. Bencana ini telah menyebabkan semua rumah runtuh, termasuk rumah di mana Mari tinggal. Pada saat gempa bumi, anak-anak anjing yang baru lahir itu terpisah jauh dari ibunya, dan karena matanya masih tertutup, mereka tidak bisa menemukan jalan untuk kembali ke sisinya. Selain itu, gerakannya dibatasi oleh tali kekang sehingga Mari tidak bisa meraih anaknya. Ia mencoba berulang kali untuk menarik lepas ikatannya, tetapi tidak berhasil. Kemudian, terjadi beberapa guncangan dan Mari bahkan berusaha lebih keras untuk melepaskan hingga lehernya mulai berdarah. Tiba-tiba, setelah dikejutkan guncangan lain yang kuat, Mari berusaha dengan sekuat tenaga, dan pengikat lehernya tiba-tiba lepas dan pada akhirnya ia dengan cepat memungut anak-anaknya, memindahkan mereka ke tempat yang aman, dan tanpa istirahat berlari menuju ke reruntuhan yang dahulu adalah rumahnya.

Dengan berani menyelamatkan seorang kakek

Kakek dari keluarga Mari sedang berada di rumah sendirian pada hari itu. Dia tinggal di lantai dua dan menderita suatu penyakit saraf yang membuatnya tidak bisa berdiri atau menaiki tangga tanpa bantuan orang lain. Setelah gempa, orang tua itu tidak dapat bergerak karena dia telah terperangkap di bawah lemari pakaian. Karena terputusnya arus listrik, ruangan menjadi gelap gulita. Ia pun merasa terpojok, putus asa dan berpikir bahwa ajalnya sudah tiba. Segera setelah itu Mari muncul di kamarnya yang terletak di lantai dua dan melihatnya dengan pandangan penuh semangat. Kakek tua itu sudah mulai tak sadarkan diri, tetapi ketika ia melihat Mari, ia kembali sadar meskipun masih tak dapat bergerak. Mari kemudian menjilatinya untuk memberinya semangat, kemudian berkali-kali turun tangga untuk melihat anaknya namun ia dengan cepat kembali ke kamar orang itu. Dia berkali-kali berlari bolak-balik meskipun telapak kakinya telah terluka oleh ujung tajam kaca dan serpihan porselen yang berserakan di lantai. Setiap perjalanan memberinya luka yang baru, tetapi Mari berusaha memberikan harapan baru ke dalam hati kakek tua itu. Saat melihat Mari, kakek tua itu berpikir, ”Saya harus hidup, saya tak boleh menyerah.” Akhirnya ia mendorong lemari itu dengan seluruh kekuatannya sehingga memungkinkan dirinya untuk bebas. Dengan dukungan semangat dari Mari, sang kakek pada akhirnya dapat menghabiskan waktu selama dua jam untuk menuruni tangga; itu merupakan suatu prestasi, karena sebelumnya ia tidak dapat menuruni tangga sedikit pun tanpa bantuan. Setelah mencapai lantai bawah, ia merasa sangat senang saat menemukan tiga ekor anak anjing itu selamat.

Perpisahan yang menyedihkan dan cobaan berat selanjutnya

Setelah gempa bumi tanggal 23 Oktober 2004, Desa Yamakosi berada dalam keadaan rusak total dan terisolasi karena semua jalan-jalan setempat telah terputus. Dengan serentetan gempa susulan, telah menambah potensial bahaya tanah longsor. Pada tanggal 25 Oktober, semua penduduk desa diungsikan oleh helikopter ke pusat penginapan yang berjarak dekat. Dalam situasi ini, kakek itu terpaksa meninggalkan Mari karena pada waktu bencana alam, menyelamatkan nyawa manusia adalah prioritas yang utama. Ia meninggalkan semua makanan binatang untuk anjing kesayangannya, berdoa semoga ia dan anaknya akan selamat dan melepaskan tali pengikat lehernya. Kemudian, ia pun menaiki helikopter untuk berangkat. Dengan perasaan sedih ia meninggalkan anjing yang telah menyelamatkan hidupnya. Dengan perasaan bersalah ia berkata, “Saya sangat menyesal, Mari.” Ia merasa hancur ketika mendengar Mari melolong dengan kesedihan yang dalam.

Dengan berlalunya waktu, cadangan makanannya pun habis; Mari harus mencari makanan di desa yang ditinggalkan, menderita banyak cobaan karena ia berusaha untuk melindungi anak-anaknya yang masih kecil. Sementara itu sang kakek terus-menerus memikirkan keadaan anjingnya. Dengan kekhawatiran yang terus-menerus akhirnya ia jatuh sakit dan harus dibawa ke rumah sakit. Kemudian dua minggu setelah pengungsian, para penduduk desa Yamakosi diizinkan kembali untuk melihat desanya. Di antara yang kembali, terdapat anak laki-laki dari orang tua itu yang dengan segera mulai mencari Mari. Setelah mencari beberapa saat, pada akhirnya ia menemukan Mari yang jauh lebih kurus. Mari agak ragu saat namanya dipanggil, tetapi kemudian ia berlari menyongsong. Ia memegang Mari dan memeluknya dalam waktu yang lama. Mari tak mempunyai cukup makanan untuk dirinya, tetapi ia menyusui anaknya dan merawatnya sebaik yang dapat ia lakukan. Kebalikan dari ibunya yang kurus, tiga anak anjing itu terlihat gemuk dan sehat saat mereka tidur dengan manisnya di beranda. Anak laki-laki dari orang tua itu sangat senang ketika melihat anak anjing itu tumbuh dengan sehat.

Sebelum Desa Yamakosi dibangun kembali, orang-orang desa tinggal di perumahan darurat di kota yang tak jauh dari desa tersebut. Karena mendapat tugas dalam urusan periklanan untuk komite desa, anak laki-laki itu sangatlah sibuk, maka ia menitipkan Mari dan anak-anaknya ke dalam perawatan keluarga lain. Ketika sang kakek masih berada di rumah sakit, orang yang mengurus Mari membawanya untuk mengunjungi sang kakek. Demikianlah, setelah mengalami cobaan yang tak terhitung banyaknya, Mari dan orang tua itu akhirnya bersama kembali. Mari sangat gembira melihat orang tua itu, kesehatannya pun semakin membaik. Dengan bibir bergetar dan air mata yang berlinang ia berkata, “Terima kasih karena telah menyelamatkan hidup saya.”

Kemudian pada bulan April 2005, sang kakek keluar dari rumah sakit dan tinggal bersama Mari dan anak laki-lakinya di sebuah apartemen. Pada waktu itu tiga anak anjing Mari telah diadopsi oleh keluarga lain dan tumbuh dengan sehat di rumah barunya. Sekarang ini, kakek dan keluarganya masih tinggal di apartemen, tetapi juga berharap dapat segera kembali ke desa Yamakoshi.

Kembang api untuk Mari

Cerita Mari yang mengharukan, telah mengilustrasikan kasih dan saling percaya antara manusia dan binatang yang saling membantu saat mereka melewati cobaan. Kisah ini telah ditulis dalam media massa maupun disadur ke dalam sebuah buku cerita yang bergambar—Mari dari Desa Yamakosi dan Tiga Anaknya. Buku itu telah mendapat respon yang sangat luas di Jepang dan digunakan sebagai inspirasi yang besar bagi para korban bencana. Perusahaan yang menerbitkan isi buku itu menyumbangkan sebagian dari keuntungannya untuk rekonstruksi dan bantuan dana untuk wilayah yang terkena gempa pada tanggal 24 Oktober 2004. Buku itu juga dibagikan dengan gratis kepada anak-anak di desa Yamakoshi serta tiga belas kota yang berdekatan.

Pada tanggal 2 Agustus 2005, para penduduk desa mengadakan pesta kembang api di kota pengungsiannya. Peristiwa ini secara tradisi diselenggarakan setiap tahun, dan perayaan tahun ini diberi nama ‘Kembang Api untuk Mari’. Para peserta dalam perayaaan itu mengharapkan supaya desa Yamakoshi dapat pulih secepat mungkin. Di tengah-tengah cahaya yang mempesona dan asap kembang api, senyum Mari yang bercahaya mengisi langit malam, membawa harapan dan semangat kepada para penonton.

Cerita diambil dari: www.kontaktuhan.org

Jumat, 22 Mei 2009

Tak Menangis Saat Kalah

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.

"Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?"

Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.

Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata.

Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.

Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut.

Cerita diambil dari: http://www.rumahrenungan.com

Kamis, 21 Mei 2009

Cinta Seorang Ibu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunyaSuaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi.
Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun, ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.”
Namun, semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa. Hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.
Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu. Dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya.”
Dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi, keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman.
Dengan hati hancur, sang ibu kembali ke rumah dan tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong manyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan sang anak sudah pasrah dengan nasibnya.
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba.
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang padahal waktu sudah lewat lima menit. Suasana pun mulai berisik. Akhirnya, petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat.
Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah.
Tahukah anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Ia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata, malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng, memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.
Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.
Sesuatu untuk dijadikan renungan untuk kita..
Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tida k bisa dinilai dengan apapun.
There is a story living in us that speaks of our place in the world.
It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves.
Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan.

Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi.

Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.

Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.

Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.

Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.

Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti.

Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali.

Rabu, 20 Mei 2009

Mampukah Kita Mencintai Istri Kita Tanpa Syarat?

Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia.
Apa yg diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali.
Silahkan baca dan dihayati.
*MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT* - - - sebuah perenungan
Buat para suami baca ya … istri & calon istri juga boleh..
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.. mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk Ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan Ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata “Pak kami ingin sekali merawat Ibu semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir Bapak. … bahkan Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu”. dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian …”
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.”Anak2ku … Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah … tapi ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian … sejenak kerongkongannya tersekat … kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya Ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno … dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat sendiri Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.
“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2 …
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama … dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,”

Cecak yang Penuh Kasih

Ini adalah suatu kisah nyata di Jepang!!

Saat merenovasi rumahnya, seorang pria mencoba merontokkan dinding. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong di antara dinding yang terbuat dari kayu. Ketika dinding itu roboh, dia menemukan seekor cecak yang terperangkap di antara ruang kosong tersebut, karena kakinya melekat pada sebuah surat.

Pria tersebut merasa kasihan sekaligus penasaran. Ia lalu memeriksa surat itu, dan ternyata surat tersebut telah ada di situ sejak 10 tahun yang lalu, saat rumah tersebut pertama kali di bangun. Apa yang terjadi? Bagaimana cecak itu dapat hidup dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun dalam keadaan gelap dan tanpa bergerak sedikitpun? Hal ini sungguh mustahil dan tidak masuk di akal.

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cecak itu, apa yang di lakukannya dan apa yang di makannya sehingga ia dapat bertahan?

Kemudian entah dari mana datangnya, seekor cecak lain muncul dengan makanan di mulutnya.. Wah ini sungguh luar biasa..!

Pria tersebut merasa terharu melihat kejadian tersebut. Ternyata ada seekor cecak lain yang selalu memperhatikan cecak yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini adalah sebuah ikatan cerita yang indah. Cinta dapat terjadi, bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cecak itu. Dan, apa yang dapat di lakukan oleh cinta? Tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, cecak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.

Aku tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu, aku mulai berpikir tentang hubungan yang telah terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara laki-laki, saudara perempuan.. seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi. Tidak peduli sejauh apa jarak di antara kita, kita harus berusaha semampu kita untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi.

JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI !!

Hari yang Hilang

Harold Robin adalah presiden direktur dari perusahaan Curtis Engine di Baltimore, Maryland. Perusahaan Curtis Engine bergerak dalam bidang pendidikan keantariksaan dan percobaan-percobaan yang berhubungan dengan semua masalah tata surya dan alam semesta. Salah satu penemuan mereka yang sangat menakjubkan adalah ketika mereka melakukan percobaan di Green Belt, Maryland.
Mereka meneliti kebenaran perhitungan dalam sistem penanggalan yang di pakai oleh manusia saat ini. Mereka meneliti keabsahan dari posisi matahari, bulan, dan planet-planet dalam tata surya untuk jangka waktu 100 dan 1000 tahun kebelakang dari sekarang.
Sebenernya, inti dari penelitian mereka adalah mengetahui semua pergerakan alam semesta di masa yang akan datang, sehingga jika mereka mengorbitkan satelit, maka satelit tersebut akan diorbitkan pada posisi yang hampir tidak mungkin bertabrakan dengan benda asing di alam semesta. Mereka mencoba untuk menhindari kerugian jutaan dolar akibat dari satelit yang tertabrak meteor atau komet.
Mereka menjalankan komputer untuk menghitung mundur selama beberapa abad, tetapi hasil yang di dapat adalah komputer tersebut selalu berhenti memproses. Mereka melakukannya berkali-kali, tetapi hasilnya tetap sama.. , komputer mereka mengalami masalah dalam perhitungan. Mereka memanggil ahli komputer, karena mereka berpikir bahwa ada kesalahan pada komputer mereka. Setelah di lakukan pemeriksaan, ternyata tidak ditemukan sedikitpun kerusakan pada sistem komputer tersebut.
Mereka terus mencari kesalahan dari komputer mereka, dan akhirnya ditemukan bahwa ada HARI YANG HILANG dalam jangka waktu tertentu. Mengapa bisa demikian?
Mereka tidak dapat menemukan jawabannya. Akhirnya, seorang pekerja Kristen (dari devisi yang berbeda) di perusahaan tersebut, berkata kepada mereka, "Aku ingat saat aku masih di sekolah minggu, guru sekolah minggu bercerita tentang matahari yang diam tidak bergerak selama satu hari penuh."
Orang-orang di sekitarnya tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Mereka berkata "Tolong buktikan dan tunjukan kepada kami bahwa ucapanmu itu adalah nyata". Lalu guru sekolah minggu tersebut menyuruh orang tersebut membuka kitab Yosua pada Alkitab dan menceritakan saat pasukan Yosua di kepung oleh musuh-musuhnya, ia meminta kepda Tuhan agar tidak terjadi malam. Alkitab mengatakan bahwa matahari, bulan, bintang dan semua tata surya diam tidak bergerak selama satu hari penuh (Yosua 10:1-14).
Setelah pembuktian tersebut, para ilmuan berkata, "Inilah hari yang hilangitu.." Mereka kemudian melanjutkan penghitungan hari yang hilang itu agar komputer tidak lagi berhenti memproses. Tetapi setelah program selesai diperbaiki, mereka menemukan kembali perhitungan yang baru bahwa hari yang hilang tersebut adalah 23 jam lebih 20 menit, bukan 24 jam seperti yang di katakan Yosua.
Selang beberapa jam kemudian, pegawai Kristen tadi berkata kembali, "Saya ingat kejadian lain dalam Alkitab di mana matahari BERGERAK MUNDUR. "Ia membuka kitab 2 Raja-Raja 20:1-11 di mana Yesaya meminta kepada Tuhan agar matahari bergerak mundur sebanyak 10 derajat! Mereka terperanjat, karena para ilmuwan tersebut mengetahui bahwa 10 derajat dari pergerakan matahari adalah adalah tepat 40 menit! jadi 24 jam permintaan Yosua kepada Tuhan dan 40 menit permintaan Yesaya kepada Tuhan adalah24 jam - 40 menit = 23 jam lebih 20 menit. Hampir satu hari penuh alam semesta kehilangan harinya. Hal ini tepat seperti apa yang di hitung oleh para ilmuwan dengan komputernya.
Kebesaran Tuhan dibuktikan kembali dengan ilmu pengetahuan.Alkitab tidak pernah salah!! Terpujilah nama Tuhan.

Senin, 18 Mei 2009

Buah Keramahan

Bertahun-tahun yang lalu, pada suatu malam, hujan turun dengan sangat deras dan di sertai badai. Seorang pria tua bersama istrinya masuk ke dalam sebuah lobi hotel kecil di kota Philadelphia. Mereka mencoba menghindari hujan. Pasangan ini mendekati meja resepsionis untuk mendapatkan tempat bermalam.
"Dapatkah anda memberi kami sebuah kamar di sini?" tanya sang suami. Sang resepsionis, seorang pria yang ramah dengan senyum memandang kepada pasangan itu, kemudian ia menjelaskan bahwa ada tiga acara konvensi di kota.
"Semua kamar telah terisi penuh, kata si pelayan" Tetapi, aku tidak dapat membiarkan pasangan yang baik seperti kalian keluar dengan kehujanan pada pukul satu dini hari. Apakah kalian mau tidur di tempat tidurku? Tidak terlalu bagus, tetapi cukup untuk membuat kalian tidur dengan nyaman malam ini..
Ketika pasangan ini ragu-ragu, pelayan muda ini membujuk. "Jangan khawatir tentang aku" kata sang resepsionis.
Akhirnya pasangan ini setuju. Ketika pagi hari saat tagihan akan di bayar, pria tua itu berkata kepada sang pelayan, "Anda seperti seoranh manager yang baik, seharusnya anda menjadi pemilik hotel terbaik di Amerika."
"Mungkin suatu hari aku akan membangun sebuah hotel untuk anda."
Sang resepsionis melihat mereka dan tersenyum. Mereka bertiga pun tertawa.
Saat dalam perjalanan pergi, pasangan tua ini setuju bahwa sangat jarang ada seorang pelayan yang sangat baik hati ini. Menemukan seorang yang ramah, bersahabat, dan penolong bukanlah suatu hal yang mudah.
Dua tahun berlalu. Sang resepsionis hampir melupakan kejadian itu, saat ia menerima surat dari pria tua tersebut. Surat tersebut mengingatkannya pada malam hujan badai tersebut. Surat tersebut meminta resepsionis muda ini untuk datang mengunjungi pasangan tua tersebut.
Lalu, pria tua ini bertemu dengannya di New York, dan membawanya ke sudut Fifth Avenue dan 34th Street. Ia menunjuk sebuah gedung baru yang megah di sana, sebuah istana dengan batu kemerahan, dengan menara yang menjulang ke langit. "itu" kata pria tua tersebut, "adalah hotel yang baru saja aku bangun untuk kamu kelola."
"Anda pasti sedang bergurau Pak.." jawab pelayan muda tersebut.
"Aku jamin, aku tidak bergurau," kata pria tua itu, dengan tersenyum lebar.
dan anda tahu.. nama pria itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur dari bangunan megah tersebut adalah bentuk asli dari Waldorf Astoria Hotel di New York.
Resepsionis muda yang kemudian menjadi manager pertama di hotel tersebut adalah George C Boldt.
Resepsionis muda ini tidak akan pernah melupakan kejadian yang membawanya menjadi manager dari salah satu jaringan hotel paling bergengsi di dunia.....

HIKMATNYA ADALAH ... PERLAKUKANLAH SEMUA ORANG DENGAN KASIH, KEMURAHAN, DAN HORMAT, DAN ANDA AKAN MEMETIK BUAH DARI HAL TERSEBUT.

Nyanyian Ajaib Sang Kakak

Kisah nyata ini terjadi di sebuah rumah sakit di Tennessse, Amerika Serikat.Seorang ibu muda yang bernama Karen sedang mengandung bayinya yang kedua.
Sebagaimana layaknya seorang ibu lainnya, Karen menceritakan kepada Michael (anak pertamanya yang baru berusia 3 tahun) bahwa ia akan mempunyai seorang adik.
Michael merasa senang sekali. Sering kali ia menempelkan telinganya pada perut ibunya itu. Karena Michael suka bernyanyi, ia sering bernyanyi untuk adiknya yang masih ada di dalam perut ibunya itu. Tampaknya Michael sangat mengasihi adiknya yang belum lahir itu.
Pada suatu ketika, tibalah saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tetapi sangat di luar dugaan, terjadi komplikasi yang sangat serius.
Setelah perjuangan yang cukup panjang selama berjam-jam, akhirnya adik Michael pun lahir. Seorang bayi perempuan yang cantik, tetapi sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawatnya dengan sedih berterus terang kepada Karen, "Bersiaplah secara mental, jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan".
Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan itu dengan sabar. Mereka hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan untuk putrinya, bila sewaktu-waktu ia di panggil Tuhan.
Tetapi, lain halnya dengan kakaknya, Michael. Sejak adiknya dirawat di ICU ia menagis terus! "Mami, .. aku ingin menyanyi untuk adik kecil!"
Ibunya ternyata kurang tanggap. "Mami.. aku ingin menyanyi untuk adik kecil!" Hal ini berkali kali di minta oleh Michael, bahkan sambil menangis meraung-raung. Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekhawatirannya.
Karen tetap menganggap tangisan Michael adalah tangisan biasa dari seorang anak kecil. Lagipula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Barulah ketika harapannya menipis, sang ibu mau mendengarkan permohonan Michael.
Baik, setidaknya biar Michael dapat melihat adiknya untuk terakhir kalinya selagi adiknya masih hidup! pikirnya. Lalu, ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar UGD.
Anak kecil tetap di larang masuk! Karen menjadi ragu-ragu.. Tetapi suster tidak mau tahu ; ini peraturan katanya..
Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya "Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini adalah saat terakhir kali bagi Michael untuk melihat adiknya!" Suster itu terdiam, lalu menatap Michael dan berkata, "Baik tetapi tidak boleh lebih dari lima menit!"
Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu di bawa masuk ke dalam ruang ICU. Ia didekatan pada adiknya yang sedang tergolek menanti sang maut.
Michael menatap lekat adiknya.. lalu dari mulutnya yang kecil dan mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring, "Kau adalah matahariku, satu-satunya matahariku, kau membuatku bahagia sangat langit kelabu.."
Tiba-tiba terjadilah hal yang ajaib! Si adik langsung memberi respons. Seolah-olah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. "Kau tidak pernah tahu, sayang, betapa aku mengasihimu. Tolong jangan bawa matahariku pergi."
Denyut nadi si adik menjadi lebih teratur. Karen dengan terharu melihat hal tersebut, ia menatap tajam dan berbisik, "Terus .. terus .. Michael! Teruskan sayang!"...
"Lagi sayang!" bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya.Michael terus bernyanyi dan.. adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan damai lalu.. tertidur lelap. Suster yang tadinya melarang Michael masuk, kini ikut terisak isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael. Suatu kejadian besar dan ajaib yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, bayi itu sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tidak habis pikir atas kejadian yang telah menimpa pasien yang satu ini.
Mereka hanya bisa menyebutkan hal itu sebagai sebuah terapi yang ajaib. Sedangkan Karen dan suaminya melihatnya sebagai sebuah mukjizat Tuhan yang luar biasa! Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael bearti soal hidup dan mati. Memang benar bahwa mukjizat Tuhanlah yang telah menolongnya. Dan, haruslah diingat bahwa mukjizat Tuhan juga membutuhkan mulut kecil Michael untuk mengatakan "Betapa aku mengasihimu."
Mukjizat Tuhan juga membutuhkan hati yang polos dari seorang anak kecil seperti Michael untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya bila Ia menghendaki sesuatu terjad. Nyanyian yang tulus akan mendatangkan mukjizat.

Jembatan Maaf

Alkisah di sebuah desa kecil, hiduplah dua orang kakak beradik. Entah mengapa, suatu kali keduanya terlibat dalam suatu pertengkaran serius. Baru pertama kali ini mereka bertengkar sampai sedemikian hebat.
Sebelumnya, selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Mereka saling meminjamkan peralatan pertanian dan bahu membahu untuk berdagang, tanpa mengalami hambatan. Namun, kerja sama yang akrab kini telah retak.
Hal ini disebabkan oelh kesalahpahaman yang sepele, yang kemudian berkembang menjadi sebuah perbedaan pendapat yang besar. AKhirnya, meledak dalam bentuk caci maki.
Beberapa minggu sudah berlalu, dan mereka saling tidak bertegur sapa. Suatu pagi, seseorang tiba mengetuk pintu rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria dengan membawa sebuah kotak perkakas tukang kayu dan berkata, "Maaf tuan, sebenarnya aku sedang mencari pekerjaan, mungkin Tuan berkenan memberi beberapa pekerjaan untuk kuselesaikan,"
"Oh iya!" jawab sang kakak, "Aku punya pekerjaan untukmu. Coba lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldoser, lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu. Padang rumput tersebut menjadi alirang sungai yang memisahkan tanah kami. Hmmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tetapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku, sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya aku ingin melupakannya. Kata tukang kayu itu .. "Aku mengerti". Tetapi belikan aku paku dan peralatan, dan aku akan mengerjakan sesuatu yang bisa membuat Tuan senang. Kemudian, sang Kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan untuk si tukang kayu tersebut, setelah selesai berbelanja.. sang Kakak meninggalkan tukang kayu itu bekerja sendirian.
Sepanjang hari tukang kayu itu bekerja keras, mengukur, menggergaji, dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak yang petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Ia sangat terbelalak setelah melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Ternyata, sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang di mintanya. Yang ada hanyalah sebuah jembatan yang melintasi sungai, yang menghubungkan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dan rapi dengan undak-undakan yang tertata rapi.
Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar, dan berkata, "Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Maafkanlah sikap dan ucapanku yang telah menyakiti hatimu.
"Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan dan saling berjabat tangan dan berpelukan".
Melihat itu, si tukang kayu itu membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi. "Hai jangan pergi dulu. Tinggalah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu, pinta sang kakak."
"Sesungguhnya, aku ingin sekali tinggal di sini, kata si tukang kayu.." tetapi masih banyak jembatan lain yang harus kuselesaikan.

Jumat, 15 Mei 2009

Tenzing Norgay



Tenzing Norgay adalah nama orang, mungkin buat kebanyakan dari kita akan mengatakan nama yang aneh.....dari negara mana nama tersebut berasal .... . Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar namanya...mungkin juga belum...Bagaimana kalau saya sebutkan nama Sir Edmund Hillary...Ya kalau yang ini sih saya sering dengar atau pernah baca biografinya atau pernah mendapatkan kisah hidupnya dalam sebuah artikel atau sewaktu mengikuti seminar.
Ya, Sir Edmund Hillary adalah orang pertama di dunia yang berhasil mencapai puncak gunung tertinggi dunia Puncak Gunung Everest. Tetapi saat ini bukan Sir Edmund Hillary yang akan kita bahas, tapi Tenzing Norgay.


Tenzing Norgay seorang penduduk asli Nepal yang bertugas sebagai pemandu bagi para pendaki gunung yang berniat untuk mendaki gunung Everest.Tenzing Norgay menjadi pemandu (orang nepal menyebutnya Sherpa) bagi Sir Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11.30, Tenzing Norgay bersama dengan Sir Edmund Hillary berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi Everest pada ketinggian 29,028 kaki diatas permukaan laut dan menjadi orang pertama didunia yang kemudian menjadi inspirasi dan penyemangat bagi ratusan pendaki berikutnya untuk mengikuti prestasi mereka.Pada rentang waktu tahun 1920 sampai dengan tahun 1952, tujuh tim ekspedisi yang berusaha menaklukkan Everest mengalami kegagalan.Keberhasilan Sir Edmund Hillary pada saat itu sangat fenomenal mengingat baru berakhirnya Perang Dunia II dan menjadi semacam inspirator untuk mengembalikan kepercayaan diri bagi seluruh bangsa di dunia.Karena keberhasilannya, Sir Edmund Hillary mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Inggris yang baru saja dilantik saat itu Ratu Elizabeth II dan menjadi orang yang paling dikenal di seluruh dunia.Tetapi dibalik keberhasilan itu Tenzing Norgay memiliki peran yang sangat besar, mengapa Tenzing Norgay tidak menjadi terkenal dan mendapatkan semua yang didapatkan oleh Sir Edmund Hillary padahal ia adalah sang pemandu yang membantu dan mengantarkannya mencapai Puncuk Mount Everest ?Seharusnya bisa saja ia lah orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Mount Everest bukan Sir Edmund Hillary.Sesaat setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary,dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya: Reporter : Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia ?


Tenzing Norgay : Sangat senang sekali.


Reporter : Andakan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?


Tenzing Norgay : Ya, benar sekali, pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia....


Reporter : Mengapa Anda lakukan itu ?


Tenzing Norgay : Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary , bukan impian saya.....impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN nya.Ya, itulah sekelumit kisah tentang seorang pemandu pendaki bernama Tenzing Norgay.Ia tidak menjadi serakah, ataupun iri dengan keberhasilan, nama besar dan semua penghargaan yang diperoleh Sir Edmund Hillary.Ia cukup bangga dapat membantu orang lain mencapai & mewujudkan IMPIAN nya.Dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia kerja kita secara pribadi terbiasa atau terkondisikan untuk fokus kepada diri kita sendiri, siapa yang mendapat nama, apa yang kita dapatkan, bonus, penghargaan, insentif dan sebagainya.


Sebagai renungan " Bisakah kita menjadi seperti Tenzing Norgay? " .....Sebenarnya bukan Bisa atau Tidak...tapi MAU atau TIDAK !

Dibayar Lunas Oleh Segelas Susu

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu.

Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, “berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?”

Wanita itu menjawab: “Kamu tidak perlu membayar apapun”.
“Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan” kata wanita itu menambahkan.

Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :” Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda.”

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter dikota itu sudah tidak sanggup menganganinya.

Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.



Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan.. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter Kelly.

Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan… Wanita itu sembuh !!. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan.

Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi..

“Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu..” tertanda, DR Howard Kelly.

Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: “Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.”

Aku Menangisi Adikku 6 Kali

Aku lahir di suatu desa di pegunungan yang sangat terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan kami, setiap hari dengan berpeluh orangtuaku membajak lahan kami yang tandus. Dan aku mempunyai seorang adik laki-laki yang usianya tiga tahun lebih muda daripada aku.Suatu saat, karena tertarik untuk membeli sebuah sapu tangan yang di pakai banyak gadis di desa kami, aku mencuri uang lima puluh sen dari laci ayahku.Ayahku segera menyadari kehilangan uang tersebut. Ayah memerintahkan aku dan adikku untuk berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya."Siapa yang mencuri uang itu?" ayah bertanya dengan sangat marah. Aku terdiam, terlalu takut untuk berbicara.Ayah semakin marah ketika tidak ada yang mengaku, dan ia berkata, "Baik, kalau begitu kalian berdua akan kuhajar!" Ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi tinggi.Tiba-tiba, adikku mencengkram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"Tongkat panjang itu segera bertubi-tubi menghantam punggung adikku. Ayah begitu marah, sehingga ia lupa diri dan terus memukul adikku sampai beliau kehabisan napas.Sesudah itu, ayah duduk di atas ranjang batu kami dan memarahi adikku, "Kamu sudah belajar mencuri sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa yang akan datang?... Kamu layak di pukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!".Malam itu ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikan air mata setetespun. Pada tengah malam itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku, karena tidak memiliki cukup keberanian untuk mengakui perbuatanku.Bertahun-tahun telah lewat, tetapi kejadian tersebut sekan baru terjadi kemarin. Aku tidak pernah melupakan wajah adikku ketika ia melindungiku. Ketika itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun.Setelah adikku lulus SMP, ia akan melanjutkan ke sebuah SMA di kabupaten. Pada saat yang bersamaan, aku di terima untuk masuk ke sebuah universitas provinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, terus menerus sampai menhabiskan berbungkus-bungkus rokok. Aku mendengarnya menggerutu, "Kedua anak kita memberikan hasil yang sangat baik.. hasil yang sangat baik.." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela napas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligua?"Saat itu juga, adikku berjalan keluar menghampiri ayah dan berkata, "Ayah, aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku."Ayah mengyunkan tangannya dan memukul adikku, "Keparat, mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah? Sekalipun hal tersebut bearti bahwa aku harus mengemis di jalanan, aku tetap akan menyekolahkan kalian berdua sampai selesai!"Setelah itu ayah mengetuk setiap rumah di desa untuk mencoba meminjam uang.Dengan penuh kelembutan, aku menjulurkan tanganku ke wajah adikku yang membengkak. Aku coba menasehatinya, "Seorang anak laki-laki harus melanjutkan sekolahnya. Jika tidak, maka ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku seorang wanita.Sekolah tidaklah penting. Aku telah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan di universitas.Pada keesokan harinya, sebelum fajar menyingsing, di luar dugaan, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Aku akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, sambil menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Saat itu adikku berusia 17 tahun, sedangkan aku berusia 20 tahun.Dengan uang hasil pinjaman ayah pada beberapa warga desa, ditambah dengan uang dari adikku(hasil kerja adik sebagai kuli panggul semen di lokasi konstruksi), akhirnya aku berhasil melewati tahun ketiga di universitas.Pada suatu hari, ketika aku sedang belajar di kamar, teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk desa menungumu di luar!"Mengapa ada seorang penduduk desa mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.Aku bertanya kepadanya, "Mengapa tidak kamu katakan kepada temanku bahwa kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihatlah penampilanku. Apa yang akan mereka pikirkan jika mereka tahu bahwa aku adalah adikmu? Apakah mereka tidak akan menertawakanmu?"Aku merasa sangat terharu dan air mata kembali mengalir dari mataku. Aku membersihkan semua debu yang melekat pada adikku, dengan agak tersendat-sendat aku berkata, "Aku tidak perduli omongan siapapun! Kamu adalah adikku.. apapun juga! Kamu adalah adikku bagaimana penampilanmu..."Dari sakunya ia mengeluarkan sebuah jepit kupu-kupu. Ia memakaikannya di rambutku, dam kemudian menjelaskan, "Aku melihat semua gadis di kota memakainya, Jadi aku pikir kamu juga harus memakainya. "Dan, aku pun tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku memeluk adikku, menangis dan menangis.Waktu terus berlalu, adikku telah berusia 20 tahun sedangkan aku berusia 23 tahun. Saat aku pertama kali membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah di ganti, dan rumahku terlihat bersih.Setelah pacarku pulang, aku menari nari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumahkita!"Ibu hanya tersenyum dan berkata, "Ini adalah karena adikmu yang pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidaklah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela batu itu."Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat wajahnya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit obat pada lukanya dan membalut lukanya."Apakah masih sakit?" aku bertanya kepadanya.Tidak, tidak sakit. Kamu tahu ketika aku bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap saat. Hal tersebut bahkan tidak menghentikanku untuk bekerja dan.."Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikan tubuhku memunggunginya, air mata mengalir deras turun ke wajahku.Tahun terus berlalu, dan saat aku menikah, adikku telah berusia 23 tahun, sedangkan aku berusia 26 tahun. Setelah menikah, aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka selalu menolak. Mereka mengatakan, jika meninggalkan desa, mereka tidak tahu apa yang harus di perbuat. Adikku juga tidak setuju, ia berkata, "Kak, jaga saja mertuamu. Aku akan menjaga ibu dan ayah di sini."Suamiku menjadi direktur di pabrik tempat ia bekerja. Kami menginginkan agar adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manager pada bagian pemeliharaan alat theknik. Tetapi, adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras untuk tetap bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari adikku terkena sengatan listrik ketika ia naik tangga untuk memperbaiki kabel listrik.Ia di masukan ke RS. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Setelah melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu, "Mengapa kamu menolak tawaran untuk menjadi seorang manajer? Seorang manajer tidak akan pernah melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihatlah dirimu saat ini, mendapat luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengarkan kami sebelumnya?"Dengan berwajah serius, ia menjelaskan . "Pikirlah kakak ipar .. ia baru saja menjadi seorang direktur, dan aku tidak mempunyai pendidikan. Jika aku dijadikan seorang manajer, gosip seperti apa yang akan tersebar?"Mataku dan mata suamiku dipenuhi oleh air mata, lalu keluarlah perkataanku dengan terpatah patah, "Tetapi, kamu kurang pendidikan juga karena aku!""Mengapa membicarakan masa lalu?" jawab adikku sambil menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun, sedangkan aku berusia 29 tahun.Adikku berusia 30 ketika ia menikah dengan seorang gadis petani dari desa kami. Pada acara pernikahannya, pembawa acara pesta bertanya kepadanya.. "Siapa yang paling anda hormati dan anda kasihi?" Bahkan tanpa berpikir, ia segera menjawab, "Kakakku."Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali suatu kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika aku masih di sekolah dasar, sekolah kami berada di desa yang berbeda. Setiap hari kakakku dan aku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, aku kehilangan salah satu sarung tanganku.Lalu kakakku memberikan satu dari sarung tangannya. Dan ia hanya memakai satu sarung tangan saja dan berjalan sangat jauh. Ketika kami kembali ke rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin, sampai -sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu aku bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan menjaga kakakku dan berbuat baik kepadanya."Tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Bibirku terasa berat dan sulit untuk mengucapkan kata-kata, "Dalam hidupku, orang yang kepadanya aku sangat berterima kasih adalah suamiku."Dan, pada saat yang paling berbahagia itu, di depan kerumunan orang banyak dalam perayaan itu, air mataku mengalir turun seperti sungai membasahi wajahku.