Kamis, 14 Mei 2009

Jubah Kaisar

Syahdan, hiduplah seorang kaisar yang sangat suka mengenakan jubah baru. Para penenun kain, perancang busana dan tukang jahit terbaik seluruh negeri bahkan juga dari negeri jiran didatangkan untuk membuatkan jubah baru. Jumlahnya nggak kira-kira, 365 jubah setiap tahun. Ya, memang Kaisar ingin mengenakan jubah baru setiap hari sih!
Suatu hari datang ke istana 2 orang penipu. Mereka mengaku memiliki keahlian menenun sekaligus menjahit jubah sutera yang keindahannya akan mengalahkan semua keindahan jubah koleksi sang Kaisar. Untuk itu mereka minta dibuatkan alat tenun yang besar dan benang-benang sutera serta benang-benang emas dalam jumlah banyak sekali. Tidak itu saja, mereka juga minta agar di sekeliling alat tenun dipasangi ratusan batang lilin sehingga keadaannya menjadi terang-benderang di malam hari.
Kedua penipu itu memang hanya bekerja di malam hari saja. Dan mulailah kedua penipu itu beraksi. Mereka berpura-pura sedang melakukan kegiatan menenun tanpa menyangkutkan selembar benangpun. Orang-orang yang mengawasi kelakuan mereka menjadi heran. “Ape sih nyang loe berdue kerjain? Cuman muter-muter kagak kelihatan selembar benang gitu?” Tanya orang-orang keheranan.
“Hah?! Itulah keistimewaan tenunan kami. Orang pandir dan orang yang tidak memiliki hati yang jujur tidak akan bisa melihat kain yang kami tenun. Hanya orang yang bijaksana dan jujur saja yang bisa melihatnya.” Demikian jawab kedua penipu itu setiap kali ada yang bertanya.
Cerita tentang kedua penenun dan kain tenunannya yang ajaib (tidak kasat mata) segera tersebar luas. Setiap orang yang mencoba membuktikan kalau dirinya bisa melihat kain yang sedang ditenun dengan giat oleh kedua penenun itu, menemukan kenyataan bahwa mereka tidak melihat apa-apa. Namun karena takut dibilang pandir atau tidak jujur, semua orang yang datang melihat mengaku dapat melihat keindahan kain yang sedang ditenun. Mereka meninggalkan tempat tenunan sambil memuji-muji keindahan kain yang sedang dikerjakan kedua penipu tersebut.
Suatu hari Kaisar mengutus Perdana Menterinya yang terkenal sangat pandai dan bijaksana itu untuk memeriksa hasil pekerjaan kedua penipu itu. Sang Perdana Menteri pun pergi melaksanakan tugasnya. Tiba di tempat di mana alat tenun itu ditempatnya, didapatinya kedua penipu itu sedang giat bekerja. Gerak-gerik keduanya sih seolah-olah sedang tekun menenun. “Gimana kerjaan loe orang?” Tanya Perdana Menteri.
Kedua penipu itu pura-pura terkejut dan buru-buru memberi hormat. “Kami hampir merampungkan pekerjaan kami. Seperti yang Tuan bisa saksikan sendiri, selembar kain sutera bersulam emas yang sangat indah. Ini, silakan Tuan periksa.” Kata salah satu penipu itu sambil seolah-olah mengangsurkan sesuatu kepada Perdana Menteri.
“Hm...” Perdana Menteri berpikir keras. Walaupun sadar tidak ada apa-apa di atas alat tenun, tetapi ia tidak ingin dikatakan pandir karena hanya orang bijaksana dan jujur saja yang dapat melihat keindahan kain tenunan ajaib tersebut. Akhirnya Perdana Menteri pun ikut berpura-pura bisa melihat dan dia berdecap-decap kagum. Setelah itu Perdana Menteri melapor kepada Kaisar bahwa kedua penenun dari negeri asing itu hampir selesai menenun selembar kain sutera berhiaskan benang-benang emas yang indah.
Selanjutnya Kaisar ingin menguji “kejujuran” menteri keuangannya yang terkenal sangat jujur. Lalu Menteri Keuangan itu dikirim ke tempat kedua penenun. Seperti halnya PM, Menkeu juga melihat kedua penenun itu sedang tekun bekerja. Gerak-gerik mereka seolah-olah sedang menenun namun tidak terlihat selembar benangpun pada tangan mereka ataupun pada alat tenun besar di hadapannya. “Bagaimana kemajuan pekerjaan kalian?” Tanya Menkeu.
“Ah, Tuan Menteri, terima kasih telah menyediakan uang untuk membeli benang sutera dan benang emas. Inilah hasil tenunan kami. Sangat luar biasa indah bukan?” Menkeu terdiam. Jika ia berterus-terang bahwa ia tidak melihat apapun pada alat tenunan itu, ia khawatir reputasinya sebagai orang paling jujur di seantero negeri akan hancur. Bukankah semua orang telah mengetahui hanya yang bijaksana dan jujur saja yang dapat melihat kain ajaib ini? “Ah...luar biasa indah!” Akhirnya Menkeu pun berpura-pura mengagumi.
Mendengar laporan kedua menterinya yang bijaksana dan jujur itu, Kaisar sangat gembira. Akhirnya dia menyuruh kedua penenun itu untuk membuatkan jubah dari kain tenunan mereka. Jubah tersebut akan dipakainya pada sebuah festival yang akan berlangsung 7 hari lagi.
Ketika hari perayaan akhirnya tiba, Kaisar memerintahkan agar jubah barunya diantarkan ke istananya. Kedua penipu itu pun datang. Di atas tangan seolah-olah mereka membawa sebuah jubah dengan hati-hati. Tentu saja Kaisar tidak melihat apa-apa, namun ia pun tidak hendak dikatakan pandir dan tidak jujur, maka ia memuji-muji keindahan jubah buatan kedua penipu itu.
“Sekarang bukalah jubah lama Paduka Baginda, dan biarkan kami mengenakan kepada Baginda jubah indah ini.” Kaisar pun menanggalkan pakaiannya dan kedua penipu itu seolah-olah mengenakan jubah ke atas tubuhnya. “Bagaimana? Bukankah Baginda terlihat sangat gagah dengan jubah yang indah ini? Ah...tentu saja hanya yang bijaksana dan yang jujur saja yang dapat melihat keindahan jubah baru Baginda.” Kata salah satu penipu itu.
Semua yang hadir tidak ingin dikatakan tidak bijaksana ataupun tidak jujur semuanya mengakui dan pura-pura mengagumi keindahan jubah Kaisar. Akhirnya Kaisarpun melangkah ke balairung dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja di mana semua orang yang mengikuti festival telah berkumpul menantikan kehadirannya. Seluruh isi negeri yang tidak ingin dikatakan tidak bijaksana dan tidak jujur mengelu-elukan Kaisarnya yang hampir telanjang dan pura-pura memuji-muji keindahan jubahnya.
Tetapi seorang bocah berumur 4 tahunan tiba-tiba maju ke depan sambil berteriak-teriak: “Kaisar nggak pake baju, Kaisar nggak pake baju!” Semua yang hadir terkesima, tidak ada seorang pun berani bersuara ataupun bergerak menanti reaksi sang Kaisar.


Penulis Cerita: H.C. Andersen

Tidak ada komentar: