Senin, 19 Juli 2010

Guy Laliberte: Show in Space


Awalnya adalah kesederhanaan. Namun dengan kesabaran, keuletan, dan ketegaran, seniman jalanan ini pun bisa meraih kemakmuran. Tak ada seniman lain yang bisa berdiri di panggung setinggi langit (benar-benar setinggi langit secara fisik) kecuali seorang Guy Laliberte. Bagaimana anak seorang perawat yang sekolahnya saja cuma sampai SMA bisa manggung di ruang angkasa?

Panggung itu berlangsung pada 9 Oktober 2009. Dunia menyaksikan Guy Laliberte berbicara dari stasiun ruang angkasa atau International Space Station (ISS) dalam satu program siaran langsung televisi ke bumi. ISS yang berjarak 300-an km dari muka bumi itu pun berubah jadi panggungnya.Laliberte tampil dengan mengenakan hidung badut.

Personel grup band U2, Bono, yang menjadi salah satu pendukung program itu melakukan dialog dengannya. Menurut Bono, Laliberte adalah "Badut pertama yang bisa menjelajah hingga ke ruang angkasa."

Laliberte bisa pergi ke ruang angkasa dengan membayarUS$ 35 juta (sekitar Rp319 miliar), agar biasa menggunakan pesawat ulang-alik milik Rusia, Soyuz. Statusnya adalah "turis ruang angkasa." Namun itu tak masalah karena Laliberte sanggup membayarnya. Di situlah kelebihan lelaki kelahiran 2 September 1959 ini. Ia berhasil mengubah dirinya yang kekurangan uang di jalanan pada masa mudanya menjadi lelaki yang kelebihan uang untuk jalan-jalan.

Laliberte terlahir sebagai seorang anak biasa. Orang tuanya masuk dalam kelompok kelas menengah di Quebec, Kanada. Ibunya seorang perawat dan ayahnya seorang excecutive public relation sebuah perusahaan di Quebec. Ia terbiasa dengan kegembiraan dan alunan musik di rumah. Dengan kegembiraan yang selalu mengelilinginya itu Laliberte mengaku tumbuh sebagai pemimpi. Ia terobsesi menjelajahi dunia dan bertemu dengan aneka budaya.

Jiwa petualangannya diwujudkan sejak SMA. Saat itu ia bergabung dengan grup musik "La Queula du loup". Dari grup musik inilah ia diperkenalkan pada musik jalanan. Ia membuat pertunjukan di jalanan dengan skill dan kepercayaan diri tinggi. Dengan bekal keterampilan itu (mulai dari main harmonika hingga main sulap) ia bisa menjelajahi berbagai kota. Ia lalu meminta izin orangtuanya untuk pergi ke Eropa agar bisa mempertunjukkan keahliannya di berbagai jalanan Eropa.

Tiba di London, Laliberte tak punya cukup uang sehingga tak punya tempat untuk menginap. Ia menghabiskan malam pertamanya di ibu kota Inggris dengan tidur di bangku taman Hyde Park. Setelah itu mulailah ia menjelajahi Eropa dengan biaya hidup dari hasil pertunjukan-pertunjukan jalanannya. Tak hanya mempertontonkan keahliannya, ia juga mencoba belajar banyak hal dari para street performers di seluruh kawasan Eropa.

Setahun merantau, Laliberte pulang ke Quebec. Ia mengawali hidup di tanah kelahirannya sebagai manusia normal. Ia bekerja di perusahaan pembangkit listrik. Namun, ia cuma bekerja tiga hari. Ada ada pemogokan massal yang membuatnya keluar. Alih-alih mencari pekerjaan baru, Laliberte malah bergabung dengan seniman jalanan Gilles Ste-Croix. Bersama Gilles, ia menggagas festival seni jalanan hingga pesta karnaval.

Awalnya, gagasan festival dan karnavalnya ditolak warga. Namun Laliberte tak patah semangat. Ia mencoba dan mencoba lagi dengan mencari kota lain yang bisa menerimanya.Sampai akhirnya gagasannya diterima dan berhasil diwujudkannya. Bahkan tak hanya itu. Ketika ia mengajukan proposal untuk menyelenggarakan festival seni besar-besaran memperingati 450 tahun penemuan Kanada, proposal itu diterima pemerintah Kanada. Dari sanalah namanya mulai melejit.

Sukses di Kanada ia mencoba menjajal Hollywood. Seorang seniman jika ingin menguasai dunia harus bisa diterima di Hollywood, katanya. Karena itu ia mempertaruhkan segalanya ketika ikut Los Angeles Arts Festival. "Hidup atau mati di LA," katanya bertekad. Ini karena uang yang dipertaruhkannya pas-pasan. Jika pertunjukannya gagal di LA, ia dan timnya tak akan bisa makan dan pulang karena tak punya uang. "Kita akan berhenti berkembang jika kita takut mengambil risiko," ujarnya tentang kenapa ia senekat itu.

Namun untuk memperkecil peluang buruk, sebelum berangkat ia mempersiapkan segalanya sesempurna mungkin. Persiapan mati-matian itu membuahkan hasil. Ia dan tim sirkusnya mendapat standing ovation dari bintang-bintang Hollywood. Sejak itu namanya akrab dengan Hollywood dan dunia entertainment serta kemudian mengangkat harkat derajatnya ke posisi tinggi.

Menurut sebuah taksiran seperti dilansir Wikipedia, harta Laliberte saat ini mencapai US$ 2,5 miliar atau lebih dari Rp 22,5 triliun. Dengan melihat harta keseluruhannya ini, harga tiket Soyuz itu jadi tak ada artinya. Itu setimpal dengan perjuangannya. Apalagi tiket itu untuk menyempurnakan kegilaan traveling-nya. Jika seluruh dunia sudah dijelajahi, mana lagi yang harus ditempuh? Satu yang tersisa yaitu ruang angkasa itu.

Orang akan terkagum-kagum jika membaca perjuangan hidupnya. Bagaimana mungkin seorang seniman jalanan yang adalah anak seorang perawat bisa bertamasya ke ruang angkasa? Laliberte membuktikannya.

Tidak ada komentar: