Selasa, 07 September 2010

Glenn Cunningham: Never Lose Your Dream





Sebuah gedung sekolah di desa kecil yang dilengkapi dengan perapian batu bara kuno yang berbentuk belanga. Seorang anak laki-laki kecil bertugas untuk hadir pagi-pagi sekali di sekolah untuk menyalakan api serta menghangatkan ruangan sebelum guru dan teman-temannya masuk.

Tanpa disadarinya, api yang dinyalakannya terlalu besar sehingga membakar sekolah. Anak laki-laki itu pingsan dan ia pun ditarik keluar dari bangunan yang terbakar. Ia mengalami luka bakar yang parah di seluruh bagian bawah tubuhnya dan dengan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Dari tempat tidurnya, anak laki-laki itu mendengar secara sayup-sayup apa yang dikatakan dokter kepada ibunya. Dokter itu mengatakan bahwa kemungkinan anaknya untuk hidup sangat tipis sekali, yang sesungguhnya merupakan hal yang terbaik untuknya, karena kalau anaknya hidup, maka dia akan menjadi cacat untuk separuh tubuhnya. Namun anak pemberani itu mengeraskan tekadnya, ia yakin akan hidup dan sembuh seperti semula.

Akhirnya ia keluar dari rumah sakit, dengan tidak memiliki kemampuan untuk menggerakan kakinya sedikitpun. Lalu setiap hari ibunya memijat kaki kecil anaknya itu, namun di sana tidak ada rasa, tidak ada control, tidak ada apapun. Namun niatnya untuk berjalan tetap sekuat dulu. Hari-harinya menjemukan. Bila tidak sedang berada di tempat tidur, ia terkurung di kursi rodanya. Pada suatu hari yang cerah ibunya mendorong kursi rodanya menuju halaman agar ia dapat menghirup udara segar. Hari itu, bukannya duduk terpaku di situ, ia melemparkan diri dari kursi roda. Ia menyeret dirinya sendiri melintasi rerumputan , menarik kedua kakinya di belakang tubuhnya. Ia menyusuri jalan menuju tiang pancang berwarna putih yang membatasi bidang tanah mereka.

Kemudian sedikit demi sedikit, ia mulai menyeret dirinya sendiri di sepanjang pagar itu, bertekad keras untuk berjalan. Ia mulai melakukan ini setiap hari sampai saat ia menggunakan jalan yang mulus di sekeliling halaman di sisi tiang pancang itu. Tak ada hal yang diinginkannya selain menghidupkan kedua kakinya. Akhirnya melalui pijatan setiap hari, tekad bajanya dan keteguhan hatinya, ia benar-benar mengembangkan kemampuannya untuk berdiri, kemudian berjalan tertatih-tatih, lalu untuk berjalan sendiri, dan kemudian untuk berlari. Ia mulai berjalan ke sekolah, kemudian berlari ke sekolah, berlari demi kegembiraan besar yang diperolehnya dari berlari. Kemudian di unuversitas dia membentuk tim lari. Bahkan selanjutnya di Madison Square Garden pemuda yang diduga tidak bakal hidup itu, yang tidak pernah dapat berharap untuk bisa berlari, pemuda yang keras hari ini, Dr. Glenn Cunningham, memecahkan rekor dunia lari jarak 1.500 meter.

Tidak ada komentar: