Kamis, 21 Juli 2011

Ketika Dua Hati Menyatu

Suatu hari, sang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Mengapa ketika seseorang sedang marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid, setelah berpikir cukup lama, mengangkat tangan dan menjawab, "Karena saat itu ia telah kehilangan kesabaran, makanya ia berteriak."

"Tapi...sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus ?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar, menurut pertimbangan mereka. Namun, tak satu pun jawaban memuaskan.

Sang guru lalu berkata, "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat." Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.

Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya, jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu, mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

"Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta ? Mereka tak hanya tidak berteriak, tetapi ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya.

Mereka tampak berpikir amat dalam, tetapi tak satu pun beranimemberikan jawaban.

"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Akhirnya, sepatah kata pun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Tidak ada komentar: