Kamis, 22 Desember 2011

The Pearl

Dahulu kala, sebelum segalanya ada, hiduplah seekor kerang. Selama hidupnya, kerang itu hidup di dasar laut yang berpasir. Ia bergerak kesana kemari mengikuti ombak.

Pada suatu malam bulan purnama, sinar bulan sangat terang sehingga menembus ke dasar laut yang paling gelap. Di dasar lautan itu si kerang samar-samar dapat melihat dan merasakan cahaya itu menyentuh dirinya. Anehnya, sinar itu sangat magis, sehingga selaksa magnit, ia tertarik ke permukaan menuju sumber cahaya itu. Betapa mulianya cahaya itu, sebuah hal yang jarang dialaminya di dalam kegelapan laut dalam. Sebuah kekuatan yang hebat yang membuatnya tak dapat menolak untuk menuju ke permukaan, untuk membuka kulitnya dan merasakan sentuhannya. Kulitnya membuka, seperti disihir, cukup lebar untuk merasakan cahaya itu menyentuh dirinya.

Dia hanya makhluk yang tidak abadi, dan penglihatannya hanya dapat bertahan sebentar melawan terangnya cahaya bulan. Ombak menyapunya kembali ke dasar laut, tetapi kemudian di dalamnya terbentuklah mutiara, terlahir perlahan karena pertemuan yang luar biasa tadi, dan ia tumbuh perlahan sepanjang hidupnya, di dalam dirinya.

Tak ada satu hari pun terlewat dan lupa akan mutiara yang dikandungnya.

Sampai suatu waktu, hari yang kelam datang. Laut bergejolak. Ada bayangan kapal nelayan melintas di atasnya. Belum sempat ia menyadari hal itu, ia sudah menemukan dirinya terperangkap dalam jaring kematian dan terangkat dari air. Tiba-tiba ia merasa kecut. Mutiara di dalamnya bergetar karena ketakuta. Ia ketakutan menemukan dirinya di dasar perahu, dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi padanya.

Malam tiba, laut kembali tenang, sekali lagi sinar bulan menyinari laut yang tenang itu. Seperti ibu dari segala mutiara di lautan yang hitam. Kerang tua itu untuk terakhir kalinya melempar pandangannya ke langit dari dasar perahu. Ia dapat merasakan dirinya diangkat oleh tangan lembut seorang perajin mutiara.

Ia menahan nafas ketika perajin mengambilnya dan membuka dirinya. Ada rasa yang sangat mendalam yang tiba-tiba ia rasakan ketika melihat mutiara yang berada di pelukannya selama ini, diambil oleh si perajin. "Sudah lama aku menunggumu, mutiara kecil." Dia bergumam. "Tanpamu kalung abadiku tidak akan pernah sempurna." Dengan sangat hati-hati, dibawanya mutiara itu ke dalam rangkaian mutiara-mutiara indah yang berjajar sampai di kaki langit. Setiap mutiara itu unik dan begitulah dia memperlakukan mereka, satu per satu sebagai individu. Mutiara itu bergabung dengan teman-temannya dan kemudian disematkan di sekeliling bumi.

Sampai hari ini bumi dikelilingi oleh lingkaran cahaya dari kemilau mutiara yang memancarkan cahaya abadi.

Tidak ada komentar: