Pada zaman dahulu, di sebuah negeri yang terletak di Timur Tengah (Arabia) ada seorang raja yang suka bersantap dengan makanan yang lezat dan nikmat.
Suatu ketika Raja ingin bersantap dengan hidangan ikan yang lezat. Para pelayan dikerahkan untuk mengumpulkan ikan sebanyak-banyaknya.
Ikan itu dikumpulkan di dapur istana. Seorang pelayan melihat ada ikan kecil yang manis sekali diantara kumpulan ikan di dapur, ikan kecil itu ternyata masih hidup. Si pelayan merasa kasihan.
Dia berpikir, jumlah ikan sangatlah banyak, tentu Raja tidak akan merasa kehilangan jika ia mengambil ikan kecil itu. Lalu dimasukkannya ikan itu ke dalam jambangan.
Beberapa hari kemudian Permaisuri melihat ikan itu. Ia sangat tertarik. Dibawanya ikan itu ke istana dijadikan binatang hias kesayangannya.
Sungguh ajaib, hanya dalam tempo seminggu ikan itu sudah menjadi besar. Jambangan tak cukup lagi memuat tubuhnya. Terpaksa Permaisuri memasukkannya ke dalam akuarium.
Namun beberapa hari kemudian ikan itu sudah membesar lagi. Tubuhnya lebih panjang dari akuarium, terpaksa ia dipindah ke dalam kolamistana. Ikan itu nampak senang dan badannya terus saja bertambah besar.
Karena tubuhnya yang terus membesar maka ikan itu tidak lagi nampak manis, melainkan nampak menyeramkan.
Ketika proses pembesaran sudah selesai dia selalu nampak merenung di sudut kolam. Tak mau berenang lagi.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Permaisuri saat melihat ikannya nampak sedih.
Ikan itu mengangkat hidungnya dan menjawab. “Aku bosan sendirian di dalam kola mini. Tak ada yang bisa kukerjakan. Aku ingin kawin, tapi aku tak mau kawin dengan ikan, aku ingin kawin dengan seorang gadis muda.”
Permaisuri sangat kaget mengetahui ikan itu ternyata dapat berbicara, lebih kaget lagi manakala mengetahui permintaan ikan yang dianggap sangat mustahil itu. Ikan ingin kawin dengan manusia?
Meski permintaan itu sangat tidak masuk akal, tapi Permaisuri tetap berusaha memenuhinya. Ia menyuruh pengawal untuk menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyatnya bahwa siapa saja gadis yang mau kawin dengan ikan kesayangannya maka akan dihadiahi harta berlimpah. Tetapi siapakah yang mau kawin dengan seekor ikan? Tentu saja tidak ada yang bersedia.
Sementara itu dinegeri lain, ada seorang janda tua yang kejam. Dia mendengar pengumuman sang Permaisuri. Janda ini punya anak kandung, seorang gadis berwajah jelek dan berkelakuan buruk. Dia juga punya anak tiri bernama Karin. Ayah Karin, suami si janda sudah lama meninggal dunia. Karin selalu diperlakukan dengan kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Karin menangis tersedu-sedu karena ibu tirinya itu bermaksud menyerahkannya kepada Permaisuri untuk dikawinkan dengan seekor ikan.
Sebelum dibawa ke istana Karin disuruh mencucui semua pakaiannya dan mandi yang bersih.
Usai mencuci dan mandi ia duduk termenung dalam kesedihan.
“Mengapa aku harus kawin dengan seekor ikan?” gumamnya putus asa. Percuma menolak perintah ibunya, pasti ibu tirinya itu akan menghajar dan menyiksanya habis-habisan. Tak terasa air matanya bercucuran.
Saat termenung sedih tiba-tiba seekor katak meloncat dari balik batu. “Gadis cantik, kenapa kau menangis?”
Ketika Karin menceritakan nasibnya yang malang katak itu justru mentertawakannya.
“Gadis cantik,” kata si Katak. “Jangan khawatir, sebenarnya ibu tirimu hendak mencelakakanmu, tapi nasibmu bahkan akan menjadi baik dan menyenangkan. Dengarkan pesanku ini.”
Katak itu memberikan tiga butir kerikil kepada Karin sembari berkata, “Sebelum menikah dengan ikan itu, duduklah di kolam. Dia akan muncul kepermukaan. Pada saat itu masukkan sebutir kerikil ini ke dalam mulutnya. Dia tidak akan bisa menelanmu, tapi awas, jangan sampai kau tertidur di tepi kolam.”
Demikianlah, setelah persiapan selesai Karin dibawa pergi keistana. Sampai di istana dia diberi pakaian yang indah-indah, diberi perhiasan dan disediakan untuknya pondok mungil di tepi kolam.
Permaisuri berkata, “Kau harus duduk sendirian di tepi kolam, ikanku akan melihat calon istrinya.”
Dengan hati berdebar Karin duduk di tepi kolam. Tak berapa lama muncullah sebuah kepala yang bentuknya mengerikan. Secepatnya ia lempar sebutir kerikil ke dalam mulut ikan itu. Ikan itu menyelam tapi mendadak muncul lagi dengan mulut menganga. Karin melemparkan butir kerikil kedua dan ikan itu menyelam lagi.
Tak lama kemudian ikan itu muncul lagi, sekuat tenaga Karin melemparkan butir kerikil ketiga ke dalam mulut ikan. Kali ini ikan itu tidak menyelam lagi melainkan terdengar suara menggelegar, air kolam bergolak lalu dihadap Karin berdiri seorang Pangeran yangsangat tampan.
“Benarkah penglihatan saya ini…” gumam Karin seakan tak percaya.
“Benar, aku sebenarnya seorang Pangeran yang kena sihir oleh orang jahat. Berkat bantuanmu aku kembali menjadi manusia. Terima kasih Karin.”
Atas bantuan Permaisuri kedua remaja yang saling jatuh cinta ini dinikahkan, lalu diantarkan ke negeri asal Pangeran. Mereka hidup berbahagia. Sementara ibu tiri Karin menyesal bukan kepalang, ternyata nasib Karin lebih baik ketimbang nasib anak-anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar