Minggu, 28 Maret 2010
What's Your Inside is Important
Seorang anak keturunan Afrika. Di sebuah persimpangan jalan di sudut kota, ia menemukan seorang bapa sedang menjual balon yang nampak begitu indah. Bapa tersebut nampaknya seperti seorang penjual balon yang punya karisma khusus karena ia mampu menarik begitu banyak peminat. Begitu banyak orang berjejal di sekelilingnya, bukan saja anak-anak, tetapi juga orang tua mereka.
Anak keturunan Afrika itupun datang mendekat. Ia memperhatikan sang penjual balon, yang setelah memompa udara kedalam balon tersebut lalu melepaskannya terbang tinggi secara bebas ke angkasa. Sebuah balon merah dilepaskan. Disusul balom berwarna biru, lalu kuning. Setelah itu balom putih juga dilepaskan yang dengan serta-merta melejit bagai roket dan menghilang di angkasa biru.
Anak kecil itu mendekati sang penjual balon dan memperhatikan balon hitam yang juga dipajang di situ, lalu bertanya, "Jika engkau melepaskan balon hitam itu ke angkasa, apakah ia akan juga terbang secepat balon-balon berwarna lainnya tadi?”
Sang penjual balon memberikan senyuman kepada sang anak itu. Ia segera tahu apa yang dirasakan sang anak itu; yakni apakah yang hitam selalu berada dalam posisi yang diremehkan, apakah yang hitam selalu dikelasduakan. Dari pengalaman hidupnya yang singkat, sang anak tersebut telah belajar bahwa golongannya kaum berwarna hitam selalu muncul di belakang yang lain.
Sang penjual balon memompa balom hitam tersebut lalu melepaskannya ke angkasa. Balon hitam itupun menghilang bagai sebuah roket menembuh awan yang kebetulan sedang terbang rendah, sambil berkata kepada anak tersebut, "Nak, bukan warna luarnya yang menentukan. Tetapi apa yang ada di dalamnya yang memberikan kemampuan kepada balon-balon ini untuk terbang tinggi."
Jumat, 26 Maret 2010
Father's Love Without End
Be Optimistic
"Ah, Baginda tak perlu meminta maaf," jawab Perdana Menteri sambil tersenyum.
"Bukankah bagi hamba, adalah sebuah berkat jika hamba dilempar ke dalam sumur?"
"Bagaimana mungkin?" tanya Sang Raja terheran-heran.
"Baginda, seandainya hamba pergi bersama Baginda, maka suku liar itu akan menggunakan hamba sebagai kurban pengganti bagi Dewa Gunung!"
Andrea Bocelli: The Fourth Tenor
Andrea Bocelli lahir di Tuscany, Italia, tanggal 22 September 1958, dengan kondisi penglihatan yang buruk. Akhirnya setelah kecelakaan kecil dalam permainan sepak bola, Bocelli kehilangan 100% kemampuannya untuk melihat. Namun, kebutaan bukan merupakan penghalang bagi kecintaan Bocelli pada musik klasik. Dengan anugerah suara yang indah, dan talenta musik yang luar biasa, Andrea Bocelli mendedikasikan hidupnya pada musik klasik.
Berbagai usaha dilakukannya untuk meningkatkan kemampuan suara dan permainan piano, saxophone, dan flute. Rasa cinta ini jugalah yang mendorong Andrea Bocelli untuk terus terlibat langsung dalam perkembangan musik klasik baik di Italia maupun di dunia internasional.
Saat Andrea Bocelli lulus dari sekolah hukum di Universitas Pisa di Italia, merasa bahwa rasa cinta yang tinggi pada musik klasik tidaklah cukup. Untuk meraih mimpinya di dunia ini, ia perlu mendapat dukungan orang-orang yang tepat.
Untuk itu, ia mendekati Franco Corelli, salah satu penyanyi klasik papan atas yang juga adalah idolanya, untuk menjadi gurunya dalam olah suara, dan membantunya meniti karir di dunia musik klasik.
Selain itu, ia juga bekerja sama dengan berbagai penyanyi klasik di dalam dan luar negeri, seperti Lucianno Pavarotti, Jose Carreras untuk mendorong kiprahnya di dunia musik klasik. Diva pop dunia seperti Celine Dion juga dirangkul oleh Bocelli dalam berbagai kesempatan pertunjukan panggung bersama.
Jaringan yang dibangun oleh Andrea Bocelli di dunia musik klasik, ternyata memberinya manfaat ganda. Selain hubungan persahabatan, ia juga mendapat banyak kesempatan untuk belajar dari penyanyi dan pemusik papan atas yang bekerja sama dengannya di berbagai kesempatan konser.
Dari mereka Bocelli menggali berbagai informasi dan teknik untuk selalu meningkatkan diri. Selain itu ia juga menyediakan waktu untuk berlatih, baik dalam bentuk pementasan kecil maupun waktu khusus untuk meningkatkan diri.
Kebiasaannya untuk selalu mengasah kemampuannya membuahkan sukses besar bagi semua album yang telah dirilisnya. Para kritisi pun mendudukkannya sejajar dengan Luciano Pavarotti, Jose Carreras, Placido Dominggu (The Three Tenors). Ia pun mendapat julukan penyanyi Tenor Keempat Dunia (The Fourth Tenor).
Rabu, 24 Maret 2010
Don't Judge a Kid by His Words
Di zaman es krim sundae masih murah, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun masuk ke sebuah Coffee Shop Hotel, dan duduk di meja. Seorang pelayan wanita menghampiri, dan memberikan air putih di hadapannya. Anak ini kemudian bertanya "Berapa ya... harga satu ice cream sundae?" katanya. "50 sen..." balas si pelayan.
Si anak kemudian mengeluarkan isi sakunya dan menghitung koin-koin di kantongnya, "Wah... Kalau ice cream yang biasa saja berapa?" katanya lagi. Tetapi kali ini orang-orang yang duduk di meja-meja lain sudah mulai banyak... dan pelayan ini mulai tidak sabar. "35 sen" kata si pelayan sambil uring-uringan.
Anak ini mulai menghitung lagi koin-koin yang tadi ada di kantongnya. "Bu... saya pesan ice cream yang biasa saja ya..." ujarnya. Sang pelayan kemudian membawa ice cream tersebut, meletakkan kertas kuitansi di atas meja dan terus melengos berjalan. Si anak ini kemudian makan ice cream, membayar di kasir, dan pergi.
Ketika si pelayan wanita tadi kembali untuk membersihkan meja anak kecil tadi, dia mulai menangis terharu. Rapi tersusun di samping piring kecilnya yang kosong, ada 2 buah koin 10-sen dan 5 buah koin 1-sen. Anda bisa lihat... anak kecil ini tidak bisa memesan ice-cream sundae, karena tidak memiliki cukup untuk memberi sang pelayan uang tip yang "layak"...
Jangan terlalu cepat menilai seseorang dari apa yang kelihatan saja, karena siapa tahu, di sisi yang tak terlihat, dia sedang melakukan kebaikan bagi Anda.
Why We Must go to The Church?
Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka. Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada hari minggu?"
"Tentu!"
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya."
"Lalu apa khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dari-Nya?"
Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung. Dan anak-anak lain tampak menjadi malu. Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."
Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air di dalam tas rajutan....! Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."
Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-teskan .. "Lihat nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya. "Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang. Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya."
Selasa, 23 Maret 2010
Stop Fishing
Alkisah ada sebuah legenda mengenai seorang pendeta di sebuah paroki kecil di daerah Midwestern yang sebagai seorang muda telah melakukan apa yang menurutnya adalah sebuah dosa yang amat besar. Sekalipun ia telah meminta pengampunan Tuhan, sepanjang hidupnya ia menanggung beban dari dosanya itu. Sekalipun ia telah menjadi seorang pendeta, ia tetap tak dapat dengan tuntas meyakini bahwa Tuhan telah mengampuninya. Tetapi ia mendengar mengenai seorang wanita tua dijemaatnya yang kadangkala mendapatkan penglihatan. Di saat mendapat penglihatan tersebut, sang wanita seringkali saling berkata-kata dengan Tuhan.
Suatu hari sang pendeta berhasil mendapat cukup keberanian untuk mengunjungi wanita tersebut.Sang wanita mempersilahkannya masuk dan menyuguhkan secangkir teh. Pada akhir kunjungannya, si pendeta menaruh cangkirnya diatas meja dan memandang pada sang wanita.
"Benarkah kadang kala ibu mendapat penglihatan?" tanyanya.
"Ya", ia menjawab.
"Apakah juga benar, bahwa saat penglihatan tersebut, ibu seringkali berkata-kata dengan Tuhan?"
"Ya", jawabnya.
"Mmm... jika anda mendapatkan penglihatan lagi dan berkata-kata dengan Tuhan, maukah ibu tanyakan satu pertanyaan bagi saya?"
Sang wanita memandang sedikit heran pada si pendeta. Belum pernah ia mendapat permintaan seperti itu. "Ya, dengan senang hati," jawabnya. "Apa yang bapak ingin saya tanyakan?"
"Mmm.." sang pendeta memulai, "Tolong tanyakan pada Tuhan, dosa apakah yang pernah dilakukan pendetanya ini di masa mudanya."
Sang wanita, benar-benar heran sekarang, segera saja setuju. Beberapa minggupun berlalu, dan sang pendeta sekali lagi mengunjungi wanita itu. Setelah menikmati secangkir teh, dengan hati-hati dan malu-malu ia bertanya, "Sudahkah ibu mendapatkan penglihatan baru-baru ini?"
"Oh ya, saya mendapatkannya", jawab sang wanita.
"Apakah anda saling berkata-kata dengan Tuhan?"
"Ya."
"Apakah ibu bertanya kepada Tuhan dosa apakah yang pernah saya lakukan dimasa muda saya?"
"Ya," sang wanita menjawab, "saya menanyakannya."
Sang pendeta, gelisah dan takut, ragu-ragu sejenak dan kemudian bertanya, "Lalu,apa yang Tuhan katakan?"
Sang wanita mengangkat wajahnya dan memandang si pendeta dan kemudian menjawab dengan lembut, "Tuhan mengatakan Ia tidak dapat lagi mengingatnya."
Tuhan tidak hanya mengampuni dosa, Ia juga memilih untuk melupakannya. Alkitab menyatakan pada kita bahwa Ia mengambil dosa-dosa kita dan membenamkannya di bagian laut yang terdalam. Dan kemudian, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Corrie ten Boom, "Sesudah itu ia memasang sebuah papan bertuliskan, 'Dilarang Memancing'."
Senin, 22 Maret 2010
It's Started from a Little Seed
Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Di bawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang. "Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?" "Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."
Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?" Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.
"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama." Diperhatikannya wajah sang anak yg tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yg cukup. Namun jangan lupakan waktu yg membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi makhluk yang sabar." "Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."
Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.
Minggu, 21 Maret 2010
Harimau Pun Butuh Pertolongan
Ada seekor harimau yang hidup di sebuah hutan yang luas sekali. Ada banyak jenis hewan yang hidup di hutan ini, seperti gajah, singa, kijang, serigala, macan dan beruang. Harimau ini adalah raja semua hewan. Ia kuat dan memiliki suara yang keras. Ketika meraung, maka akan didengar oleh semua hewan yang ada di hutan lalu mereka semua takut dan gemetar.
Di hutan ini terdapat sekelompok tikus yang hidup di lubang-lubang yang mereka buat. Tikus-tikus ini tidak mengetahui sedikit pun mengenai harimau si raja hutan itu. Pada suatu hari, tikus-tikus itu keluar dari lubang-lubang persembunyiannya dan mulai bermain lompat-lompatan. Mereka berlompat-lompat dan berlarian.
Kemudian ada seekor tikus di antara tikus-tikus itu yang melompat terlalu keras sehingga tak diduga mengenai wajah harimau si raja hutan ini yang sedang tidur. Harimau itu lalu terbangun dari tidurnya ketakutan dan ia pun marah. Ia lalu membuka mulutnya dan meraung dengan suara yang sangat keras. Semua tikus-tikus itu pun lari bersembunyi ke lubangnya masing-masing. Sedang tikus yang jatuh ke wajah harimau, ia hanya bisa terdiam tak bergerak dan tidak bisa lari ke lubangnya.
Harimau itu melihat dan menemukan tikus kecil ini, ia lalu menerkamnya. Kemudian diangkatnya tikus itu dari tanah dan ia hanya bisa berteriak, ''Sik...sik...'' Harimau itu lalu berkata pada tikus ini, ''Eh! kesini kamu. Bagaimana kamu berani-beraninya berjalan di mukaku dan membangunkanku dari tidur, hei makhluk kecil lemah ? Kamu harus dibunuh.'' Tikus itu pun menjerit dan ia pun gemetaran.
Tikus itu lalu memelas, '' Aku mohon, aku mohon, jangan bunuh aku. Bisa saja aku akan bermanfaat buatmu di kemudian hari.'' Harimau itu pun tertawa dan berkata, ''Kamu sesuatu yang hina dan kecil dapat bermanfaat untukku, sedang aku adalah raja hutan ini dan semua yang ada di hutan ini tunduk padaku ? Kamu sesuatu yang kecil tidak pantas dibunuh. Suatu aib bagi seekor raja hutan sepertiku membunuh seekor tikus miskin sepertimu.'' Kemudian harimau itu meninggalkan tikus itu dan memaafkannya. Lalu harimau itu melemparkan jauh-jauh darinya dan tikus itu pun berlari seraya mengatakan, ''Terima kasih,terima kasih.''
Tikus itu lalu kembali berkumpul dengan kawan-kawannya dan menceritakan sebuah cerita apa yang terjadi kepada mereka. Tikus itu berkata pada mereka, '' Harimau itu memaafkan dan mengampuniku. Aku harus membalas kebaikannya itu.''
Pada suatu hari, harimau itu sedang berjalan di hutan. Ia menemukan sepotong daging besar di sebuah jaring. Lalu ia menerkamnya dan ingin cepat-cepat memakannya. Ia lalu menarik sepotong daging itu dan menarik lagi. Setiap kali ia menarik sepotong daging itu, jaring itu menempel di tubuhnya sampai semua tubuhnya terlilit dengan jaring itu. Harimau itu berusaha melepaskan diri namun ia tidak berhasil.
Ia lalu berteriak dan datanglah istrinya, harimau betina, anak-anak, dan kawan-kawannya. Ia menemukan singa itu dalam sebuah jaring. Lalu istrinya maju dan berusaha memotong jaring itu dengan taringnya namun tetap tidak berhasil. Kemudian anak-anaknya yang masih kecil maju dan berusaha memotong jaring itu namun mereka tidak berhasil juga. Dan majulah harimau yang lain dan berusaha memotong jaring itu tapi tidak berhasil juga. Pada saat itu, harimau si raja hutan ini terus meraung.
Tiku yang pernah jatuh ke wajah harimau dan diberi ampunan itu mendengar suara harimau si raja hutan ini dan ia mengenalinya. Lalu ia keluar dari lubangnya dan berlari menuju tempat raungan harimau itu. Searah itu, ia melihat dan mendapati harimau itu terperangkap didalam jaring. Tikus itu berkata pada si harimau, ''Jangan khawatir, hei si raja hutan, aku akan datang dan membantu melepaskanmu.''
Anak-anak harimau, harimau, dan harimau betina itu melihat keheranan. Istri harimau itu berkata, ''Kalau kita yang besar-besar dan kuat saja tidak mampu melepaskannya, lalu apakah kamu mampu, hei makhluk kecil hina?'' Tikus itu hanya menjawab, ''Biarkanlah aku berusaha dulu.'' Ia pun mulai menggigiti tali-tali jaring itu dengan giginya yang tajam lalu ia memotomg satu tali,dua tali,tiga tali, hingga terlepaslah satu kaki harimau itu. Tikus itu tetap terus memotong tali-tali itu lalu terlepaslah kaki kedua, namun harimau itu tetap saja terperangkap dalam jaring itu.
Begitulah tikus itu terus menggigiti tali-tali jaring hingga harimau itu lepas semua. Harimau itu lalu berdiam diri dan berteriak kegirangan dan semua harimau yang ada di situ juga ikut berteriak kegirangan berikut anak-anaknya. Semua harimau mengucapkan terima kasih kepada si tikus atas bantuan yang telah diberikannya.
Kemudian harimau itu berkata pada tikus, ''Sungguh aku ketika mengampunimu, aku tidak pernah menduga kalau kamu akan melepaskanku dari kematian, seperti yang kamu lakukan sekarang ini. Saya memaafkanmu saat itu karena kamu adalah makhluk kecil dan lemah. Sekarang aku tahu kalau segala sesuatu mungkin saja dapat membantu makhluk yang lain sampai makhluk yang kecil dan lemah sekalipun. Beribu-ribu terima kasih aku ucapkan untukmu.'' Tikus itu hanya menjawab, ''Terimakasih kembali, tuanku.'' Ia pun lalu bergegas pergi.
Jumat, 19 Maret 2010
Michael Jordan: The Legend of Basketball
Dunia olahraga mengenal beberapa nama sebagai legendanya masing-masing. Tinju ada Mohammad Ali. Sepakbola ada Pele dan Maradona. Golf ada nama Tiger Woods. Balap F1 ada Michael Schumacher. Dan, di bola basket, ada satu nama yang dianggap paling berpengaruh hingga sekarang, Michael Jordan.
Untuk satu nama terakhir, meski sudah pensiun dari olahraga yang membesarkan namanya, namun dirinya seolah tak tergantikan. Beberapa nama yang dianggap sebagai the next Jordan-di arena basketball Amerika, NBA-tetap tak bisa menggantikan ketenarannya. Nomor kaosnya-23-hingga kini juga digantung di langit-langit hall of fame sebagai bentuk penghargaan atas prestasinya.
Michael Jordan memang sosok yang sangat komplit. Di dalam lapangan, kemampuannya tak diragukan lagi. Berbagai atraksi menarik disuguhkan saat bertanding. Ia bahkan disebut-sebut bukan lagi sebagai seorang atlet, melainkan sudah menjadi aktor film yang mengundang decak kagum penontonnya. Karena itu, tak heran, kala ia pernah memutuskan pensiun dini-pada tahun 1993-jumlah penonton basket di dunia menurun.
Dunia basket seakan kehilangan ruhnya. Tak urung, komentar yang meminta Jordan kembali ke lapangan terus bergema. Dan, hal itu akhirnya diwujudkan oleh Michael dengan bergabung lagi ke tim Chicago Bulls pada tahun 1995. "Saya mundur karena merasa sudah tak ada tantangan lagi. Dan saya kembali lagi karena saya merasa kini ada tantangan baru," sebut Jordan dalam sebuah wawancara.
Sosok Jordan memang fenomenal. Jika beberapa orang merasa kurang nyaman saat bertemu dengan halangan dan rintangan, ia justru mencarinya. Misalnya, ketika ia kembali dari pensiunnya, secara tidak langsung, ia menantang pemain basket yang dianggap sebagai penggantinya, Kobe Bryant. Dalam sebuah pertandingan para bintang, ia beraksi mencoba menundukkan juniornya tersebut.
Hal tersebut juga ditunjukkan ketika masa awal kuliah. Karena tak punya tinggi badan yang memadai untuk masuk tim utama, dirinya sempat disingkirkan. Namun, bukannya merasa putus asa, ia terus berlatih sendiri hingga tinggi badannya mencukupi. Meski masih dianggap kurang ideal, ia mampu mencetak skor meyakinkan sehingga akhirnya jadi pilihan utama. "Saya dapat menerima kegagalan, tapi saya tidak dapat menerima jika saya belum mencoba," sebut Jordan mengungkap rahasia suksesnya.
Tantangan dan halangan memang sering justru jadi penguat dirinya untuk mencapai prestasi. Pernah, ketika ia mulai masuk di tim profesional NBA, karena memunyai prestasi cemerlang, ia justru sempat "dikucilkan" oleh pemain senior. "Saat kita ingin mencapai sesuatu, pasti akan ada halangan. Saya juga menjumpainya seperti juga orang lain. Tapi, seharusnya itu tak perlu menghentikan kita. Seperti saat mendapati tembok, jangan berpikir menyerah, tapi coba lompati dan lewati," ungkap Jordan. Dengan keyakinan inilah, Jordan mampu mengubah tantangan itu sebagai batu loncatan mencapai sukses yang lebih maksimal.
Kini, nama Jordan sangat lekat sebagai ikon NBA. Tak urung, legenda basket lain seperti Larry Bird pun hingga sampai mengomentari, "Dewa menyamar sebagai Michael Jordan." Prestasi fenomenalnya membuat ia sering diundang untuk menyemangati banyak orang dalam berbagai bidang. "Saya sudah lebih dari 9000 kali gagal melakukan tembakan. Saya sudah hamper 300 kali kalah dalam pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya untuk menjadi algojo penentu kemenangan dan saya gagal. Saya gagal terus dan terus dalam hidup saya. Dan, justru karena itulah saya sukses," sebut Jordan dalam beberapa kali pidatonya.
Prestasi fenomenal Michael Jordan tak diperoleh dalam sekali dua kali latihan. Ia juga sering gagal dalam kariernya. Namun, justru itulah yang menjadikan dia legenda hingga saat ini. Karena, ia tak pernah menyerah pada keterbatasan. Dan bahkan, ia mampu mengubahnya menjadi sebuah kekuatan. Keyakinan, kerja keras, dan ketekunan adalah contoh nyata dari seorang Michael Jordan yang patut kita contoh untuk mencapai sukses sebenarnya.
Kamis, 18 Maret 2010
Give and You'll be Given
Bryan menghentikan mobilnya untuk memberi bantuan kepada wanita tua yang berdiri di samping mobilnya, di pinggir jalan raya itu. Wanita itu memandangnya dan memberikan sebuah senyum yang dilapisi oleh rasa kuatir. Sepertinya Bryan tahu apa yang dipikirkan oleh wanita itu. "Saya tulus membantu anda nyonya. Perkenalkan, nama saya Bryan", katanya sambil mengulurkan tangan.
Beberapa saat kemudian Bryan memeriksa mobil wanita itu sampai akhirnya bisa hidup kembali. Wanita itu merasa bersalah dan tidak cukup kalau hanya mengucapkan terima kasih atas bantuan Bryan. "Berapa saya harus membayarmu Bryan ?" tanyanya dengan lembut.
Bryan tersenyum, ia tidak menyebutkan suatu angka pun. Baginya menolong seseorang berarti sedang memiutangi Tuhan dan Tuhan akan membayarnya.
"Bila anda ingin membalas jasa saya, perbuatlah sesuatu hal yang baik kepada orang yang membutuhkan pertolongan anda", katanya sambil memberi salam perpisahan.
Wanita itu mengendarai mobilnya dan beberapa saat kemudian ia berhenti di sebuah kafe kecil untuk beristirahat. Seorang pramusaji yang sedang hamil menghampirinya. Pramusaji itu mengingatkannya pada pesan Bryan.
Setelah merasa cukup beristirahat, ia memanggil pramusaji itu untuk membayar apa yang sudah dinikmatinya. Ketika pramusaji itu pergi untuk mengambil uang kembaliannya, wanita tesrsebut pergi secara diam-diam. Saat pramusaji itu kembali, ia terheran-heran karena menemukan secarik kertas di atas meja dan uang $1.000.
Ia terharu ketika membaca apa yang ditulis oleh wanita itu. "Anda tidak berhutang apapun kepada saya, karena seseorang telah menolong saya hari ini. Oleh karena dialah hari ini saya menolong anda. Pesan saya, jangan pernah berhenti berbuat baik".
Setelah selesai bekerja, pramusaji itu pulang ke rumahnya dengan hati yang gembira. Ia tak habis pikir, bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia sangat membutuhkan uang untuk kelahiran bayinya. Ia tahu bagaimana suaminya bekerja sangat keras untuk memenuhi kebutuhan mereka dan berusaha menyembunyikan kekuatiran hatinya.
Kemudian ia masuk ke kamar dan melihat suaminya telah tidur lebih dulu. Sebelum tidur ia memeluk dan membisikkan ke telinga suaminya, "Semuanya telah Tuhan cukupkan sayang. I love you, Bryan".
"Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yagn demikianlah yang berkenan kepada Allah" (Ibrani 13:16)
Minggu, 14 Maret 2010
In Maestro's Hand
Di depan gerbang suatu jembatan di salah satu kota Eropa, duduklah seorang peminta-minta yang buta. Untuk mencari nafkahnya, ia setiap hari duduk disitu sambil memainkan biola nya yang sudah usang. Di depannya terletak kaleng kosong yang diharapkannya orang-orang yang lalu lalang merasa iba terhadapnya, dan melalui musik biola-nya, orang-orang akan memberinya sedikit uang. Begitulah pengemis miskin ini melakukan kebiasaannya setiap harinya.
Pada suatu hari, seseorang yang berpakaian sedikit rapih, berjubah panjang, datang menghampiri pengemis tadi dan meminta agar pengemis itu meminjamkan biola usangnya. Tentu saja dengan sigap pengemis itu menolak, dan berkata "tidak!! Ini adalah hartaku yang paling mahal!".
Pendatang ini tidak putus asa, dan terus membujuk si pengemis agar mau meminjamkannya biola tersebut hanya untuk sebuah lagu. Sepertinya ada rasa kepercayaan pada pengemis buta itu, dan dengan perlahan ia memberikan biola tuanya kepada pendatang tersebut.
Pendatang tersebut mengambil biola tersebut, dan mulai memainkan sebuah lagu dengan begitu merdu. Suara biola yang begitu halus ditangan si pendatang membuat orang yang lalu lalang berhenti dan mereka mulai berkeliling mengelilingi si pendatang dan pengemis tersebut.
Begitu merdunya lagu dan bagusnya permaina biola si pendatang tersebut membuat semua orang terdiam, dan si pengemis buta ternganga tanpa dapat berkata-kata. Kaleng yang tadinya kosong kini telah penuh dengan uang, dan lagu demi lagu telah dimainkan oleh si pendatang tersebut.
Akhirnya iapun harus menyelesaikan permainannya, dan sambil mengucapkan terimakasih, ia mengembalikan biola tersebut kepada si pengemis. Si pengemis sambil berurai air mata, dan dengan gemetar bertanya: "Siapakah anda orang budiman?". Si pendatang tersenyum dan dengan perlahan menyebutkan namanya "Paganini".
Semua orang terdiam, seorang maestro biola yang bernama Paganini, telah memberikan banyak berkat kepada sang pengemis yang telah memberikan harta kesayangannya untuk dipergunakan oleh sang maestro, betapa menakjubkan!
Ada sebuah jaminan berkat bagi siapa saja yang mau menyerahkan tenaganya, hartanya, talentanya, kepada sang 'Maestro' kita yaitu Kristus.
Panglima Tikus
Tersebutlah di sebuah negri Sasatoan, Raja Tikus yang amat bijaksana. Pada saat jabatan Panglima di negerinya kosong, Raja itupun memanggil beberapa tikus kepercayaannya untuk diuji dihadapan rakyatnya. Pertama kali, Raja bertanya kepada Tikus Putih "Bila kau kuangkat menjadi Panglima negri ini, siapakah yang akan kau pilih menjadi pengawalmu ?" "Ya Tuanku, hamba akan memilih Hamster sebagai pengawal sekaligus pesuruh hamba?" jawab Tikus Putih
"Mengapa kau memilih Hamster sebagai pengawalmu ?" tanya Raja kemudian
"Hamba memilih Hamster sebagai pengawal dan pesuruh, supaya hamba bisa mengambil bulu-bulunya yang bagus dan halus. Bulu yang menawan itu akan hamba kenakan demi kehormatan bangsa kita" jawab Tikus Putih tegas
"Tapi bukankah itu merupakan perampasan atas hak makhluk lain ?" tanya Raja
"Ya, tapi itulah yang hamba inginkan. Demi kehormatan dan popularitas bangsa tikus, kita bisa mengambil apa saja dari makhuk lain yang berada di bawah kekuasaan kita" Tikus Putih menjelaskan maksudnya
Raja Tikus hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hai Tikus Hutan, siapa yang akan kaupilih menjadi pengawalmu jika kau menjadi Panglima ?" Raja itu mengalihkan pertanyaannya kepada Tikus Hutan yang sejak tadi tidak bisa duduk diam.
"Ya, Tuanku, hamba kira ular adalah makhluk yang paling tepat untuk dijadikan sebagai pengawal ?" jawab Tikus Hutan "Mengapa ular kau pilih sebagai pengawalmu ?" tanya Raja keheranan
"Hamba memilih ular sebagai pengawal, supaya hamba bisa menelannya bulat-bulat, karena selama ini ular telah banyak memakan bangsa kita" jawab Tikus Hutan tanpa ragu
"Aku sangat sedih melihat sikapmu. Kau memilih ular bukan supaya kau bisa duduk, berjalan dan bekerja sama dengan pengawalmu, melainkan kau hanya ingin membalas dendam" kata Raja dengan nada kecewa.
"Seandainya kau menjadi Panglima, siapakah yang akan kau jadikan pengawalmu" Raja mengalihkan pertanyaan kepada Tikus Sawah
"Hamba akan memilih Petani sebagai pengawal hamba" jawab Tikus Sawah penuh keyakinan
"Sepertinya ide yang bagus ! Tetapi mengapa kau memilih Petani sebagai pengawalmu ?" Raja bertanya penuh rasa ingin tahu "Hamba ingin pengawal hamba bisa menanam padi sebanyak-banyaknya supaya bangsa kita memiliki persediaan makanan yang berlimpah ruah" jawab Tikus Sawah. Rajapun sedikit lega, tetapi sejenak kemudian ia bertanya kembali. "Apa yang akan kau lakukan untuk membalas jasa pengawalmu ?"
"Setelah petani itu bekerja siang dan malam, saya akan memberikan beberapa bulir padi dari sisa panenan kita" jawab Tikus Sawah
"Tetapi apakah beberapa bulir padi yang akan kau berikan itu cukup untuk dimakan dalam sepanjang hidupnya ?" tanya Raja
"Ya, Tuanku ! Sebelum bulir-bulir padi itu diberikan kepada petani, hamba akan mencampurnya dengan begitu banyak pestisida, sehingga petani itupun tidak akan hidup lama" Tikus Putih menyampaikan siasat liciknya.
"Stop, itu bukan balas jasa ! Saya sangat kecewa dengan idemu yang hanya ingin memanfaatkan makhluk lain di bawah kekuasaanmu dan setelah kau puas, makhluk itupun kau campakkan, bahkan kau musnahkan" kata Raja Tikus sambil menahan kemarahannya.
"Ampun Tuanku, bukankah di dunia ini banyak makhluk yang melakukan hal yang serupa ?" Tikus Sawahpun membela diri
"Sebagai calon Panglima, kau tidak pantas berkata seperti itu. Walaupun semua makhluk di dunia ini mengatakan 'ya' atas kecurangan dan kelicikan, tetapi sebagai pemimpin seharusnya kau bisa berkata 'tidak'. Sebagai pemimpin, kau harus berani mengambil keputusan yang tidak populer asalkan berakar pada kebenaran yang sejati" kata Raja itu dengan bijaksana
"Sekarang, apa yang akan kau katakan tentang pengawal yang akan kau pilih ?" Raja bertanya kepada Tikus Dapur
"Ampun Baginda Raja, kalau Tuan mengijinkan saya sebagai Panglima, maka saya akan memilih Kucing sebagai pengawal hamba" jawab Tikus Dapur lirih
"Bukankah Kucing adalah makhluk yang sering mengejar-ngejar dan menerkam bangsa kita ?" tanya Raja heran "Apakah kau memilihnya sebagai pengawal supaya kau bisa membalaskan dendam bangsa kita ?" lanjut Raja
"Ampun beribu ampun Tuanku, hamba rasa selama ini Kucing itu mengejar-ngejar dan memangsa bangsa kita karena memang mereka tidak mengenal perbuatan baik dan kasih. Seandainya hamba menjadi Pangliman, hamba akan selalu tersenyum, berbuat baik dan menyayangi Kucing. Dengan demikian hamba berharap Kucing itu bisa belajar mengasihi dan menyayangi tikus dimanapun berada" Tikus Dapur menyampaikan argumentasinya.
"Mengapa kita harus berbuat baik, sedangkan ia telah menyengsarakan bangsa kita ?" tanya Tikus Hutan penuh emosi
"Ya, saya kira kita tidak pantas berbuat baik terhadap Kucing yang telah menyakiti kita. Di dunia ini masih banyak makhluk lain yang telah berbuat baik terhadap kita, jadi sudah sepantasnya kita membalas perbuatan baik mereka saja" Tikus Sawah menambahkan
"Kalau kita hanya mengasihi makhluk yang telah berbuat baik kepada kita, apa bedanya dengan para penjahat yang juga selalu berbuat baik kepada teman-temannya ? Jadi berbuat baik terhadap mereka yang mengasihi kita adalah tindakan yang biasa-biasa saja. Kalau kita bisa mengasihi mereka yang telah memusuhi kita, barulah itu yang namanya istimewa" Tikus Dapur menjelaskan maksudnya dengan tenang.
"Ya, itu istimewa sekali !" teriak Raja kegirangan "Aku senang sekali dengan sikapmu. Kalau saja setiap tikus di negri ini bisa membalas perbuatan jahat dengan perbuatan baik yang penuh kasih, maka negri kita akan menjadi damai sejahtera, tanpa perselisihan dan perpecahan" sambung Raja.
"Hai, rakyatku sekalian, aku sangat berbahagia karena hari ini aku telah menemukan Panglima yang pantas untuk negeri kita" kata Raja sambil mengenakan topi Panglima di kepala Tikus Dapur. Tikus Dapur itupun tersenyum penuh kharisma.
Rabu, 10 Maret 2010
Gillette: The Best a Man can Get
Hampir setiap pagi dalam satu minggu, Alfred M. Zeien melakukan semacam kebiasaan aneh. Setelah menyabuni wajahnya, ia mencukur dengan dua pisau cukur, satu untuk setiap sisi wajahnya.
Kemudian, ia menyapukan jari-jari ke dagunya untuk memeriksa kedekatan pisau cukurnya. “Hanya ini cara untuk benar-benar membandingkan pisau cukur,” ungkap Tuan Zeien, Chairman dan CEO Gillette Co., yang menguji pisau cukur perusahaannya dan pesaingnya.
Gillette adalah perusahaan yang terobsesi dengan pencukuran. Berapa banyak cambang atau jenggot pada rata-rata wajah pria? Tiga puluh ribu, menurut hitungan Gillette. Berapa cepat cambang atau jenggot pria itu tumbuh? Satu hari tumbuh lima belas per seribu inci, atau lima setengah inci per tahun. Menurut Gillette Co., jenggot kering kira-kira hampir sama dengan kabel tembaga dengan ketebalan yang sama.
“Kami menghabiskan lebih banyak waktu dari yang Anda kira dalam mempelajari pertumbuhan rambut di wajah-yang cukup berbeda dengan pertumbuhan rambut di kepala. Karena itu merupakan cara untuk meningkatkan produk Anda,” kata Tn. Zeien, orang yang sangat bersih bercukur, yang selalu menyimpan pisau silet Gillette percobaan satu laci penuh di kantornya untuk dicoba.
Gillette begitu mendominasi alat cukur seluruh dunia, sehingga nama Gillette berarti sebuah pisau cukur di beberapa negara. Gillette menjadi pemimpin pasar di Eropa dengan 70 persen pangsa pasar dan di Amerika Latin dengan 80 persen pangsa pasar. Tentu saja, untuk sebuah mata pisau dijual di dalam negeri dan lima buah dijual ke luar negeri dijual, merupakan gambaran adanya perkembangan untuk melakukan usaha patungan dalam rangka mengembangkan penjualan ke Cina, Rusia, dan India.
Untuk memahami Gillette pada tahun 1992, maka penting sekali memahami Gillette pada tahun 1962. Pangsa pasar Gillette Amerika baru saja mencapai titik paling tinggi yang pernah dicapai-72 persen. Juga, perusahaan telah berkuasa di luar negeri sejak tahun 1905, hanya satu dekade setelah King C. Gillette menciptakan pisau cukur pertama yang aman.
Keterkenalan Gillette di Indonesia juga telah terbukti berupa penggunaan kata Gillette – yang diucapkan oleh lidah orang Indonesia sebagai “silet” – sudah menjadi kata baru sebagai salah satu nama alat pemotong. Untuk ini Lembaga Pembinaan Bahasa Indonesia sudah memasukkan kata “silet” ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan arti pisau kecil dan tipis untuk mencukur bulu.
Kodak is Photo Camera
Dengan berpegang pada slogan “You press the button, We do the rest,” George Eastman berhasil menjajakan kamera sederhana pertama ke konsumen pada tahun 1888 dengan perusahaanya Eastman Company. Dengan demikian, ia telah mengubah proses yang rumit seperti memotret menjadi lebih mudah dan dapat dilakukan oleh hampir semua orang. Ditambah lagi, hal ini membuat Thomas Alfa Edison mampu mengembangkan kamera film bergerak pertama tahun 1891.
East Company kemudian dikenal dengan nama Easrman Kodak Company semenjak 1892, saat Eastman Kodak Company of New York terbentuk. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan, pembuatan dan pemasaran produk, pelayanan dan solusi gambar digital maupun tradisional ke seluruh dunia.
Sang pendiri perusahaan ini menerapkan beberapa prinsip dasar untuk bisnisnya, yaitu:
1. Produksi massal dengan biaya minimal
2. Pendistribusian internasional
3. Periklanan yang gencar
4. Fokus pada konsumen
Eastman percaya bahwa empat hal di atas saling berhubungan erat. Produksi massal tidak dapat dilakukan tanpa distribusi yang luas. Distribusi sendiri membutuhkan periklanan yang kuat. Dan untuk mencapai kesuksesan perusahaan, maka pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan satu-satunya jalan.
Kemudian ia menambahkan beberapa prinsip lagi dalam perusahaannya, yaitu:
1. Mengembangkan pertumbuhan dan kemajuan perusahaan melalui penelitian yang berlanjut
2. Memperlakukan pekerja secara adil dan menghargai mereka
3. Menginvestasikan kembali keuntungan dan memperluas bisnis
Saat ini, kamera-kamera Kodak telah mencapai prestasi yang luar biasa. Sejak permulaan Academy Award digelar, semua pemenang Oscar kategori “Best Picture” menggunakan Kodak film sebagai peralatannya filmnya. Perusahaan ini sendiri mengkoleksi delapan Academy Award untuk keunggulan teknis dan ilmiah.
Kodak juga bekerja sama dengan NASA (The National Aeronautics and Space Administration) . Teknologi milik Kodak digunakan pada penerbangan Apollo 11, penerbangan pertama yang berhasil mendarat di bulan. Pada tahun 1977, sensor pencitraan beresolusi tinggi milik Kodak digunakan sebagai “mata” Sojourner Rover yang berjalan di Mars. Sensor ini membuat Rover mampu menangkap citra permukaan Mars yang berbatu-batu.
Meskipun telah mencapai berbagai prestasi, Kodak tetap berusaha untuk mengembangkan sistem pencitraan yang nyaman dan terjangkau bagi rata-rata konsumen pada umumnya.
Nama Kodak sampai sekarang masih menjadi sinonim untuk kata “kamera”. Berkodak untuk berkamera, mengodak untuk mengamera. Sehingga Lembaga Pembinaan Bahasa Indonesia memasukkan kata “kodak” ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan arti kamera atau alat pemotret.
Jumat, 05 Maret 2010
Pak Sakera: Pejuang Asal Bangil
Sakera adalah seorang tokoh pejuang yang lahir di kelurahan Raci Kota Bangil, Pasuruan, Jatim, Indonesia. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda pada awal abad ke-19. Sakera sadalah seorang jagoan daerah yang melawan penjajah Belanda di perkebunan tebu Kancil Mas Bangil. Legenda jagoan berdarah Bangil ini sangat populer di Jawa Timur utamanya di Pasuruan dan Madura.
Sakera bernama asli Sadiman yang bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula kancil Mas Bangil. Ia dikenal sebagai seorang mandor yang baik hati dan sangat memperhatikan kesejahteraan para pekerja hingga dijuluki Pak Sakera (dalam bahasa kawi sakera memiliki arti ringan tangan, akrab/mempunyai banyak teman).
Suatu saat setelah musim giling selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan banyak lahan baru untuk menanam tebu. Karena kepentingan itu orang Belanda pimpinan ambisius perusahaan ini ingin membeli lahan perkebunan yang seluas-luas dengan harga semurah-murahnya.dengan cara yang licik orang belanda itu menyuruh carik Rembang untuk bisa menyediakan lahan baru bagi perusahaan dalam jangka waktu singkat dan murah, dan dengan iming-iming harta dan kekayaan hingga carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut. Carik Rembang menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan.
Sakera melihat ketidak adilan ini mencoba selalu membela rakyat dan berkali kali upaya carik Rembang gagal. Carik Rembang melaporkan hal ini kepada pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan marah dan mengutus wakilnya Markus untuk membunuh Sakera. Suatu hari di perkebunan pekerja sedang istirahat, Markus marah-marah dan menghukum para pekerja serta menantang Sakera. Sakera yang dilapori hal ini marah dan membunuh Markus serta pengawalnya di kebon tebu. Sejak saat itu Sakera menjadi buronan polisi pemerintah Hindia Belanda. Suatu saat ketika Sakera berkunjung ke rumah ibunya, disana ia dikeroyok oleh carik Rembang dan polisi Belanda. Karena ibu Sakera diancam akan dibunuh maka Sakera ahirnya menyerah, Sakera pun masuk penjara Bangil.
Siksaan demi siksaan dilakukan polisi belanda kepada sakera setiap hari. selama dipenjara Pak Sakera selalu kangen dengan keluarga dirumahnya, Sakera memiliki istri yang sangat cantik bernama Marlena dan seorang keponakan bernama Brodin. Berbeda dengan Sakera yang berjiwa besar, Brodin adalah pemuda nakal yang suka berjudi dan sembunyi-sembunyi mengincar Marlena istri Sakera. Berkali kali Brodin berusaha untuk mendekati Marlena. Sementara Sakera ada dipenjara, Brodin berhasil berselingkuh dengan Marlena.
Ketika kabar itu sampai di telinga Sakera maka Sakera marah dan kabur dari penjara. Brodin pun tewas dibunuh Sakera. Kemudian Pak Sakera melakukan balas dendam secara berturut turut, dimulai Carik Rembang dibunuh, dilanjutkan dengan menghabisi para petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan kepala polisi Bangil pun ditebas tanganya dengan senjata khasnya ‘Clurit’ ketika mencoba menangkap Sakera. Dengan cara yang licik pula polisi belanda mendatangi teman seperguruan sakera yang bernama Aziz untuk mencari kelemahan Pak Sakera. Dengan iming-iming akan diberi imbalan kekayaan oleh Goverment Belanda di Bangil Aziz menjebak Sakera dengan mengadakan tayuban, karena tahu Sakera paling senang acara tayuban akhirnya Sakera pun terjebak dan dilumpuhkan ilmunya degan pukulan bambu apus. Lagi-lagi belanda berhasil mertangkap kembali Pak Sakera yang kemudian diadili oleh Government Bangil dan diputuskan untuk dihukum gantung.
Sakera gugur digantung di penjara Bangil dan Ia dimakamkan di Bekacak, Kelurahan Kolursari (daerah paling selatan Kota Bangil).
Kamis, 04 Maret 2010
Kisah Keranjang Arang
Seorang Kakek hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky (Amerika) dengan cucu lelakinya yang masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.
Suatu hari sang cucunya bertanya, "Kakek! Aku mencoba untuk membaca Alkitab seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Alkitab?" Dengan tenang sang Kakek dengan mengambil keranjang tempat arang, memutar sambil melobangi keranjangnya. Kemudian ia menjawab, " Bawa keranjang ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air."
Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi". Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.
Sang kakek berkata, "Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang arang itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup," maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah. Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, "Lihat Kek, percuma!"
"Jadi kamu pikir percuma?" Jawab kakek. Kakek berkata, "Lihatlah keranjangnya."
Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang arang yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.
"Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Alkitab. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah, luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita."
Rabu, 03 Maret 2010
Ivan and The Firebird
Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Rusia, hiduplah seorang anak laki-laki yang berani dan baik hati. Ia bernama Ivan. Ivan tinggal bersama ayah dan dua orang kakaknya yang hidup dari hasil membuat tepung gandum. Pada suatu pagi, ketika Ivan dan keluarganya pergi ke ladang gandum, dilihatnya gandum mereka berantakan terinjak-injak. “Siapa yang melakukan ini?” “Mulai malam ini, kalian berjaga-jaga, kita tangkap penjahat itu!” Malam itu, ketika kedua kakak Ivan pergi ke ladang gandum, angin bertiup dengan kencangnya, seperti akan datang badai.
Kedua kakak Ivan ketakutan, akhirnya mereka tertidur di atas rumput-rumput kering. Ketika terbangun keesokan paginya, ladang mereka sudah porak-poranda, bekas injakan terlihat di mana-mana. Namun, di rumah keduanya berbohong kepada ayahnya. “Semalaman kami berusaha tidak tidur.” “Berkat kami, ladang kita selamat.” “Bagus. Malam ini giliran Ivan yang berjaga. Lakukanlah dengan sungguh-sungguh!”
Ketika Ivan tiba di ladang, ternyata tanaman gandumnya sudah porak-poranda. “Apakah kakak berbohong kepada ayah ?” “Baiklah, aku akan mencoba menangkap si penjahat itu.” Ketika sedang berjaga, terdengar suara ringkikan dari langit. Ternyata itu suara seekor kuda putih sedang terbang. Ivan merenggut bulu tengkuk kuda yang berwarna emas itu, kemudian menunggangi punggung sang kuda. Kuda tersebut mengamuk karena terkejut. Ia berusaha menjatuhkan Ivan dari punggungnya. “Aku tidak akan menyerah!” tekad Ivan. Kuda itu terbang semakin tinggi, melompat-lompat semalaman. Tetapi, ia tidak bisa menjatuhkan Ivan. “Ivan, maafkan aku.” “Sebagai permintaan maaf, aku akan memberikan tiga ekor anakku.” “Kamu boleh menjual dua ekor kuda yang putih, tapi anak kuda yang masih kecil tidak boleh dijual. Anak kuda itu adalah kuda keberuntungan yang dapat mengabulkan permintaanmu.”
Kemudian Ivan melepaskan cengkeraman tangannya. Tak lama kemudian, lahirlah tiga ekor anak kuda seperti yang telah dijanjikan sang kuda. Dua ekor begitu gagah dengan bulu tengkuknya yang berwarna keemasan, tetapi yang seekor lagi tubuhnya seperti seekor keledai yang kecil. Setelah menceritakan kejadian yang dialami Ivan kepada ayah dan kedua kakaknya, Ivan berangkat ke kota untuk menjual kuda. Kedua ekor kuda yang gagah itu ditunggangi oleh kakak Ivan, sedangkan kuda yang kecil ditunggangi oleh Ivan.
Pada suatu malam yang gelap gulita, dari kejauhan terlihat cahaya berwarna merah menyala. “Itu pasti pencuri! Pergilah kamu ke sana untuk melihatnya, Ivan!” Kemudian Ivan pun pergi menuju kearah nyala api. Ternyata cahaya itu berasal dari sehelai bulu burung yang terjatuh. “Aneh. Ada bulu burung menyala seperti ini. Tetapi, tidak panas ataupun melukai tanganku.” “Ivan, kalau kau ambil bulu burung itu, hal yang buruk akan terjadi.” Anak kuda berusaha memperingatkannya, namun Ivan tidak peduli, dan memasukkan bulu itu ke dalam kantong bajunya.
Setibanya di Ibukota, kuda gagah milik Ivan menjadi barang dagangan yang menarik perhatian semua orang. Baginda Raja pun datang untuk melihatnya. Beliau begitu mengagumi kuda tersebut. “Ini benar-benar hebat. Aku sangat menyukainya.” Baginda Raja membeli kuda itu, dan membayarnya dengan uang emas yang banyak. Tetapi, ketika hendak dinaiki pengawal, kedua ekor kuda itu mengamuk. Ivan mengambil tali kekang kuda, kemudian menenangkannya dengan lemah lembut. “Ssst, tenang…” Raja tertarik dengan keahlian Ivan dan mengangkat Ivan menjadi pengurus kuda, dan memecat pengurus kuda yang lama. Kejadian itu membuat pengurus kuda yang lama merasa iri.
Pada suatu malam, ia mengganti air dan makanan untuk kuda Ivan dengan barang yang sudah busuk, untuk membalas dendamnya pada Ivan. Ivan menyadari hal itu, lalu ia mengeluarkan bulu burung api, dan merabanya. Dalam sekejap, makanan dan air busuk itu berubah menjadi segar. Melihat kejadian itu, si Pengurus kuda lama berguman, “Ternyata ia menggunakan sihir.” Ia bergegas ke istana. “Baginda, Ivan menyembunyikan burung api. Buktinya, ia membawa bulu burung itu.” Kemudian Baginda Raja berkata kepada Ivan, “Bawa burung api itu ke sini!” “Baginda, hamba tidak memiliki burung api. Hamba hanya memiliki bulunya!” “Jangan bohong!” “Kalau kamu tidak membawakannya dalam tiga hari, aku akan memberi hukuman cambuk sebanyak seratus kali!”
Ivan pulang ke kandang kuda sambil menangis. Si Kuda kecil berkata, “Aku sudah memperingatkanmu, supaya tidak memungut bulu burung api itu.” Tapi jangan takut, aku akan menangkapkan burung api untukmu. Sekarang tolong siapkan makanan.” Ivan dan Kuda kecil melakukan perjalanan yang sulit. Akhirnya mereka tiba di negeri yang tidak dikenal. Di tengah padang rumput, terdapat sebuah gunung emas. Mereka mendaki gunung itu, lalu meletakkan makanan yang dibawanya di sana, dan bersembunyi.
Tiba-tiba dari kejauhan terlihat burung api terbang mendekat dan mulai memakan makanan itu. Cahaya terang dari bulunya membuat hari menjadi seperti siang. Ivan melompat dan menangkap burung api itu, lalu cepat-cepat memasukkannya ke dalam sebuah kantong, dan segera kembali ke istana. “Tuanku yang mulia, ini burung api yang Baginda minta.” Ivan mengeluarkan burung api dari kantong. Semua orang yang hadir melindungi matanya dengan tangan mereka karena silau oleh cahaya dari tubuh burung api. “Ivan kau berhasil melaksanakan tugasmu dengan baik!” Raja memberi emas dan permata kepada Ivan sebagai hadiah.
Pengurus kuda yang lama semakin iri hati. Dia menghadap raja dan berkata, “Baginda, diam-diam Ivan menyembunyikan Putri Bulan di sebuah kapal kecil.” Raja kembali memanggil Ivan dan berkata,”Bawalah Putri Bulan kepadaku dalam waktu tiga hari!” Ivan yang tidak mengenal Putri Bulan pulang ke kandang kuda dengan wajah yang sedih. Si Kuda kecil berkata dengan lemah lembut, “Aku akan mencarikan Putri Bulan untukmu.” Kemudian Ivan menyiapkan bekal untuk perjalanan. Mereka mengarungi beberapa lautan, dan tiba di sebuah pantai yang tidak dikenal.
Ivan segera mendirikan tenda, menjajarkan makanan, dan bersembunyi di balik tenda. Ketika hari menjelang pagi, muncullah sebuah perahu kecil dari balik kabut. Putri Bulan yang cantik jelita menghampiri meja yang telah disiapkan oleh Ivan. Ia mulai memainkan harpanya sambil menyantap makanan yang tersedia. Ivan berhasil menangkap Putri Bulan dan membawanya menghadap Baginda Raja. Melihat kecantikan Putri Bulan yang dibawa Ivan, Raja langsung melamarnya.
Kalau Anda ingin menikah denganku, tolong siapkan tiga buah periuk. Yang satu berisi air dingin, yang kedua berisi air panas, dan yang ketiga berisi air susu yang sudah masak.” “Kalau Baginda dapat melompati ketiga periuk itu, aku bersedia menjadi istri Baginda.” Maka, disiapkanlah tiga buah periuk. Namun baginda Raja merasa takut dan tidak mampu melompati ketiga periuk itu. Raja lalu memerintahkan Ivan untuk melompati ketiga periku itu sebagai ganti dirinya. Ivan melompati ketiga periuk itu dengan rasa khawatir. Tetapi, ajaib! Ivan berubah menjadi seorang pangeran yang tampan dan gagah. Raja yang melihat hal ini mengikuti jejak Ivan, namun ia terbakar dan akhirnya meninggal dunia. Kemudian Ivan menikah dengan Putri Bulan, dan hidup bahagia.
Moral : Setiap nasehat baik yang diberikan oleh siapapun sebaiknya kita ikuti karena pasti ada akibat buruknya jika tidak diikuti.
Selasa, 02 Maret 2010
The Elves and The Shoemaker
Dahulu kala, di sebuah kota tinggal seorang Kakek dan Nenek pembuat sepatu. Mereka sangat baik hati. Si kakek yang membuat sepatu sedangkan nenek yang menjualnya. Uang yang didapat dari setiap sepatu yang terjual selalu dibelikan makanan yang banyak untuk dibagikan dan disantap oleh orang-orang jompo yang miskin dan anak kecil yang sudah tidak mempunyai orangtua. Karena itu walau sudah membanting tulang, uang mereka selaluhabis. Karena uang mereka sudah habis, dengan kulit bahan sepatu yang tersisa, kakek membuat sepatu berwarna merah. Kakek berkata kepada nenek, "Kalau sepatu ini terjual, kita bisa membeli makanan untuk Hari Raya nanti."
Tak lama setelah itu, lewatlah seorang gadis kecil yang tak bersepatu di depan toko mereka. Kasihan sekali gadis itu ! Di tengah cuaca dingin seperti ini tidak bersepatu. Akhirnya mereka memberikan sepatu berwarna merah tersebut kepada gadis kecil itu.
Apa boleh buat, Tuhan pasti akan menolong kita, kata si kakek. Malam tiba, mereka pun tertidur dengan nyenyaknya. Saat itu terjadi kejadian aneh. Dari hutan muncul kurcaci-kurcaci mengangkut kulit sepatu, membawanya ke rumah si kakek kemudian membuatnya menjadi sepasang sepatu yang sangat bagus. Ketika sudah selesai mereka kembali ke hutan. Keesokan paginya kakek sangat terkejut melihat ada sepasang sepatu yang sangat hebat.Sepatu itu terjual dengan harga mahal. Dengan hasil penjualan sepatu itu mereka menyiapkan makanan dan banyak hadiah untuk dibagikan kepada anak-anak kecil pada Hari Raya. Ini semua rahmat dari Yang Maha Kuasa.
Malam berikutnya, terdengar suara-suara diruang kerja kakek. Kakek dan nenek lalu mengintip, dan melihat para kurcaci yangtidak mengenakan pakaian sedang membuat sepatu. Wow, pekik si kakek. Ternyata yang membuatkan sepatu untuk kita adalah para kurcaci itu. Mereka pasti kedinginan karena tidak mengenakan pakaian, lanjut si nenek. Aku akan membuatkan pakaian untuk mereka sebagai tanda terima kasih. Kemudian nenek memotong kain, dan membuatkan baju untuk para kurcaci itu. Sedangkan kakek tidak tinggaldiam. Ia pun membuatkan sepatu-sepatu mungil untup para kurcaci. Setelah selesai mereka menjajarkan sepatu dan baju para kurcaci di ruang kerjanya. Mereka juga menata meja makan, menyiapkan makanan dan kue yang lezat di atas meja.
Saat tengah malam, para kurcaci berdatangan. Betapa terkejutnya mereka melihat begitu banyaknya makanan dan hadiah di ruang kerja kakek. Wow, pakaian yang indah !. Mereka segera mengenakan pakaian dan sepatu yang sengaja telah disiapkan kakek dan nenek.Setelah selesai menyantap makanan, mereka menari-nari dengan riang gembira. Hari-hari berikutnya para kurcaci tidak pernah datang kembali.
Tetapi sejak saat itu, sepatu-sepatu yang dibuat Kakek selalu laris terjual. Sehingga walaupun mereka selalu memberikan makan kepada orang-orang miskin dan anak yatim piatu, uang mereka masih tersisa untuk ditabung. Setelah kejadian itu semua, Kakek dan dan nenek hidup bahagia sampai akhir hayat mereka.