Minggu, 14 Maret 2010

Panglima Tikus


Tersebutlah di sebuah negri Sasatoan, Raja Tikus yang amat bijaksana. Pada saat jabatan Panglima di negerinya kosong, Raja itupun memanggil beberapa tikus kepercayaannya untuk diuji dihadapan rakyatnya. Pertama kali, Raja bertanya kepada Tikus Putih "Bila kau kuangkat menjadi Panglima negri ini, siapakah yang akan kau pilih menjadi pengawalmu ?" "Ya Tuanku, hamba akan memilih Hamster sebagai pengawal sekaligus pesuruh hamba?" jawab Tikus Putih

"Mengapa kau memilih Hamster sebagai pengawalmu ?" tanya Raja kemudian

"Hamba memilih Hamster sebagai pengawal dan pesuruh, supaya hamba bisa mengambil bulu-bulunya yang bagus dan halus. Bulu yang menawan itu akan hamba kenakan demi kehormatan bangsa kita" jawab Tikus Putih tegas

"Tapi bukankah itu merupakan perampasan atas hak makhluk lain ?" tanya Raja

"Ya, tapi itulah yang hamba inginkan. Demi kehormatan dan popularitas bangsa tikus, kita bisa mengambil apa saja dari makhuk lain yang berada di bawah kekuasaan kita" Tikus Putih menjelaskan maksudnya

Raja Tikus hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hai Tikus Hutan, siapa yang akan kaupilih menjadi pengawalmu jika kau menjadi Panglima ?" Raja itu mengalihkan pertanyaannya kepada Tikus Hutan yang sejak tadi tidak bisa duduk diam.

"Ya, Tuanku, hamba kira ular adalah makhluk yang paling tepat untuk dijadikan sebagai pengawal ?" jawab Tikus Hutan "Mengapa ular kau pilih sebagai pengawalmu ?" tanya Raja keheranan

"Hamba memilih ular sebagai pengawal, supaya hamba bisa menelannya bulat-bulat, karena selama ini ular telah banyak memakan bangsa kita" jawab Tikus Hutan tanpa ragu

"Aku sangat sedih melihat sikapmu. Kau memilih ular bukan supaya kau bisa duduk, berjalan dan bekerja sama dengan pengawalmu, melainkan kau hanya ingin membalas dendam" kata Raja dengan nada kecewa.

"Seandainya kau menjadi Panglima, siapakah yang akan kau jadikan pengawalmu" Raja mengalihkan pertanyaan kepada Tikus Sawah

"Hamba akan memilih Petani sebagai pengawal hamba" jawab Tikus Sawah penuh keyakinan

"Sepertinya ide yang bagus ! Tetapi mengapa kau memilih Petani sebagai pengawalmu ?" Raja bertanya penuh rasa ingin tahu "Hamba ingin pengawal hamba bisa menanam padi sebanyak-banyaknya supaya bangsa kita memiliki persediaan makanan yang berlimpah ruah" jawab Tikus Sawah. Rajapun sedikit lega, tetapi sejenak kemudian ia bertanya kembali. "Apa yang akan kau lakukan untuk membalas jasa pengawalmu ?"

"Setelah petani itu bekerja siang dan malam, saya akan memberikan beberapa bulir padi dari sisa panenan kita" jawab Tikus Sawah

"Tetapi apakah beberapa bulir padi yang akan kau berikan itu cukup untuk dimakan dalam sepanjang hidupnya ?" tanya Raja

"Ya, Tuanku ! Sebelum bulir-bulir padi itu diberikan kepada petani, hamba akan mencampurnya dengan begitu banyak pestisida, sehingga petani itupun tidak akan hidup lama" Tikus Putih menyampaikan siasat liciknya.

"Stop, itu bukan balas jasa ! Saya sangat kecewa dengan idemu yang hanya ingin memanfaatkan makhluk lain di bawah kekuasaanmu dan setelah kau puas, makhluk itupun kau campakkan, bahkan kau musnahkan" kata Raja Tikus sambil menahan kemarahannya.

"Ampun Tuanku, bukankah di dunia ini banyak makhluk yang melakukan hal yang serupa ?" Tikus Sawahpun membela diri

"Sebagai calon Panglima, kau tidak pantas berkata seperti itu. Walaupun semua makhluk di dunia ini mengatakan 'ya' atas kecurangan dan kelicikan, tetapi sebagai pemimpin seharusnya kau bisa berkata 'tidak'. Sebagai pemimpin, kau harus berani mengambil keputusan yang tidak populer asalkan berakar pada kebenaran yang sejati" kata Raja itu dengan bijaksana

"Sekarang, apa yang akan kau katakan tentang pengawal yang akan kau pilih ?" Raja bertanya kepada Tikus Dapur

"Ampun Baginda Raja, kalau Tuan mengijinkan saya sebagai Panglima, maka saya akan memilih Kucing sebagai pengawal hamba" jawab Tikus Dapur lirih

"Bukankah Kucing adalah makhluk yang sering mengejar-ngejar dan menerkam bangsa kita ?" tanya Raja heran "Apakah kau memilihnya sebagai pengawal supaya kau bisa membalaskan dendam bangsa kita ?" lanjut Raja

"Ampun beribu ampun Tuanku, hamba rasa selama ini Kucing itu mengejar-ngejar dan memangsa bangsa kita karena memang mereka tidak mengenal perbuatan baik dan kasih. Seandainya hamba menjadi Pangliman, hamba akan selalu tersenyum, berbuat baik dan menyayangi Kucing. Dengan demikian hamba berharap Kucing itu bisa belajar mengasihi dan menyayangi tikus dimanapun berada" Tikus Dapur menyampaikan argumentasinya.

"Mengapa kita harus berbuat baik, sedangkan ia telah menyengsarakan bangsa kita ?" tanya Tikus Hutan penuh emosi

"Ya, saya kira kita tidak pantas berbuat baik terhadap Kucing yang telah menyakiti kita. Di dunia ini masih banyak makhluk lain yang telah berbuat baik terhadap kita, jadi sudah sepantasnya kita membalas perbuatan baik mereka saja" Tikus Sawah menambahkan

"Kalau kita hanya mengasihi makhluk yang telah berbuat baik kepada kita, apa bedanya dengan para penjahat yang juga selalu berbuat baik kepada teman-temannya ? Jadi berbuat baik terhadap mereka yang mengasihi kita adalah tindakan yang biasa-biasa saja. Kalau kita bisa mengasihi mereka yang telah memusuhi kita, barulah itu yang namanya istimewa" Tikus Dapur menjelaskan maksudnya dengan tenang.

"Ya, itu istimewa sekali !" teriak Raja kegirangan "Aku senang sekali dengan sikapmu. Kalau saja setiap tikus di negri ini bisa membalas perbuatan jahat dengan perbuatan baik yang penuh kasih, maka negri kita akan menjadi damai sejahtera, tanpa perselisihan dan perpecahan" sambung Raja.

"Hai, rakyatku sekalian, aku sangat berbahagia karena hari ini aku telah menemukan Panglima yang pantas untuk negeri kita" kata Raja sambil mengenakan topi Panglima di kepala Tikus Dapur. Tikus Dapur itupun tersenyum penuh kharisma.

Tidak ada komentar: