Seorang
ibu memiliki seorang putri yang mulai beranjak remaja. Sang putri
sebenarnya seorang anak yang ceria, cerdas dan berbakti kepada orang
tua. Tetapi ada satu perilakunya yang sangat mengganggu orang-orang di sekitarnya
dan dirinya sendiri, yaitu suka mengeluh atau menggerutu. Sang ibu
sudah berkali-kali mengingatkan putrinya untuk menghentikan kebiasaan
buruknya, tetapi belum bisa membuat putrinya sepenuhnya sadar.
Suatu
hari sang ibu membuatkan sirup markisa yang memang minuman kesukaan
putrinya. Saat putrinya baru pulang sekolah, ibu sudah menyiapkan sirup
markisa dalam gelas besar lengkap dengan sedotannya.
“Wah segar sekali…terima kasih Ibu….”
“Sirup dan kesegarannya itu adalah simbol kebahagiaanmu anakku…”
Saat sang putri sudah meminum sepertiga gelas, ibu menyuruh untuk menghentikan.
“Coba
hentikan dulu anakku…Ini ada jarum yang sudah ibu bersihkan. Tusuklah
sedotanmu dengan jarum ini di bagian yang di atas permukaan sirup.
Buatlah dua atau tiga lubang di situ…”
Meskipun bingung putrinya menjalankan perintah sang ibu.
“Sekarang minumlah lagi…habiskan sirupmu…”
“Jadi gak enak Bu…Lubang-lubang kecil itu membuat aku sulit menghisap sirup melalui sedotan. “
“Lubang-lubang
pada sedotan adalah simbol dari keluhan-keluhan atau gerutuan-gerutuan
yang sering kamu lakukan. Keluhan dan gerutuanmu akan mengurangi
kebahagiaanmu sendiri. Apakah lubang-lubang di sedotan itu ada
manfaatnya?”
“Nggak ada dong Bu….”
“Begitulah dengan
keluhan dan gerutuanmu, tidak bermanfaat bagi dirimu sendiri maupun
orang lain. Sekarang coba kamu tutup lubang-lubang itu dengan
jari-jarimu…”
“Naah sekarang sudah enak lagi Bu….”
“Itulah
yang harus kamu lakukan…Tutup mulutmu dengan tanganmu saat kamu ingin
mengeluh atau menggerutu, agar tidak mengurangi kebahagiaanmu. Seperti
saat minum kamu hanya menggunakan lubang utama sedotan, kamu harus
selalu fokus pada kebahagiaanmu…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar