Senin, 20 Oktober 2014

Harga Sebidang Tanah


Dahulu ada seorang jutawan yang memiliki tanah yang sangat luas. Luasnya tak dapat diukur. Ia bermaksud menjual tanah itu dengan harga sepuluh ribu sehari. Maksud harga sepuluh ribu sehari adalah si pembeli diwajibkan membayar dahulu uang sebanyak sepuluh ribu rupiah, kemudian jutawan ini memberi kebebasan kepada pembeli untuk memiliki tanah seberapa ia mau. Syaratnya sangat sederhana; si pembeli diharuskan berlari selama satu hari dengan membentuk satu lingkaran. Seberapa besar ia ia dapat membentuk lingkaran, maka luas juga tanah yang akan menjadi miliknya. Tetapi jika ia tidak berhasil membentuk lingkaran, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Ada seorang pemuda bermaksud memiliki tanah tersebut dengan memenuhi syarat yang ditetapkan jutawan tersebut. Setelah membayar uang, pagi-pagi benar ia sudah mulai berlari-lari. Dalam hatinya ia berpikir, aku akan membuat lingkaran yang lebih besar, agar mendapat tanah yang lebih luas.

Waktu berjalan dengan cepat, tanpa terasa matahari sudah berada di tengah-tengah. “Wah, jam dua belas”, katanya. Ia merasa perutnya mulai berbunyi, meminta makan. Tetapi ia menghibur perutnya dengan berkata, ”sabar sejenak, sampai sore nanti kita kita baru makan sekenyang-kenyangnya” ia melanjutkan larinya. Matahari mulai condong ke barat . ia mulai merasa kecapaian, sudah seharusnya istirahat sejenak. Tetapi ia merasa sayang, karena dengan istirahat akan kehilangan sebagian tanah. Sekali lagi ia menghibur dirinya, “biarlah aku berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Jika selesai, besok saya akan menjadi jutawan” agar mendapat tanah yang lebih luas ia membuat lingkaran yang lebih besar dan berlari makin cepat.
  
Matahari secara perlahan-lahan mau menyembunyikan diri di sebelah barat. Pemuda ini, baru menyadari bahwa lingkaran yang dibuatnya terlalu besar. Jarak sekarang dengan garis finish masih sangat jauh. Ia berpikir “jika aku tidak berhasil sampai ke titik finish, maka jerih lelah seharian ini akan menjadi sia-sia, ayo lari lebih cepat, lebih cepat….” Meskipun kehabisan tenaga, ia ia memaksakan diri untuk mengumpulkan semangat agar sampai ke titik finish.

Akhirnya ia berhasil tetapi begitu sampai di garis finish, ia jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri untuk selama-lamanya. Si jutawan tidak dapat berbuat apa-apa, selain memberi sebidang tanah untuk si pemuda untuk tempat peristirahatannya yang terakhir.

Tidak ada komentar: