Senin, 08 Oktober 2012

Cerita Tentang Jari

Anakku, apakah kamu tahu nama masing-masing jari di tangan kalian? Hayo, coba disebutkan satu-satu: ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. Hebat! Kelima jari ini bentuknya berbeda-beda, dan semua punya tugas masing-masing. Eh eh, tapi ada suara apa ya itu? Sepertinya para jari sedang bertengkar. Wah wah, ada apa ya ini?

“Akulah yang paling hebat!” Ibu jari berkata dengan suara lantang. ”Aku! Akulah yang paling berguna!” Telunjuk tidak mau kalah. ”Ah kalian tak akan mengalahkanku. Aku yang terpenting.” Jari Manis juga ikut tidak mau kalah. ” Hey hey, dengarkan, akulah yang dibutuhkan manusia!” Kelingking tiba – tiba ikut membanggakan dirinya. ”Hey, hey, mengapa kalian bertengkar? Apa yang terjadi, ibu jari?” Jari Tengah berusaha menenangkan mereka.

”Huh, mereka tak mau mengakui kehebatanku! Padahal kan sudah jelas, semua orang mengacungkan untuk menandakan kehebatan.” Ibu jari berkata. ”Tapi aku lebih penting. Semua orang menggunakan telunjuk untuk menunjuk apapun. Jika aku tak ada, manusia tak akan pernah bisa menunjuk dan akan kebingungan.” Telunjuk kembali tidak mau kalah. ”Ah kalian ini bertengkar saja. Aku si jari manis lah sebenarnya yang paling indah. Aku yang paling lembut, paling penuh cinta, dan paling menawan. Buktinya, orang pasti memasangkan cincin pada diriku kan?” Jari Manis membanggakan dirinya.

”Hah, jangan sombong dulu, jari manis. Justru akulah, si kelingking, yang mempunyai tugas terbesar dan terberat di antara kalian. Akulah pembawa perdamaian. Tanpa aku, dunia akan penuh dendam dan amarah. Lihat saja, semua orang pasti saling mengaitkan jari kelingking untuk berbaikan. Betul kaan?” Kelingking meminta persetujuan saudara – saudaranya, tapi malah disambut dengan seru – seruan tanda tidak setuju dari semuanya.

”Oh sudah-sudah, jangan bertengkar saudara-saudaraku. Kita memang mempunyai tugas yang berbeda-beda, tapi sebenernya kita sama. Tugas utama kita adalah membantu manusia dalam hidupnya.” Jari tengah kembali menjadi penengah. “Alaaah, kau tahu apa, Jari Tengah? Dirimu paling tidak berguna dan paling tidak istimewa dibandingkan kami semua!” Ibu jari berkata dengan nada ketus. “Benar itu, Ibu Jari. Si jari tengah kan memang tak punya keistimewaan. Ahahahaha, kasihan sekali jari tengah..hahahaha..” Telunjuk menyetujui Ibu jari.

”Janganlah kalian mengolok-olokku...memang aku tidak istimewa, tapi aku kan juga bagian dari kalian.” Jari tengah berkata dengan sabar, disambut dengan tawa dari saudara – saudaranya.

Wah, jari tengah sedih sekali. Ia merasa tak berguna dan tak dibutuhkan. Nah, saat ia sedang sedih itu, Ibu Buku menegurnya dari balik rak buku, ”Wahai, jari tengah yang bersedih, apa yang terjadi?”

”Saudara-saudaraku tidak menganggap aku penting...kata mereka aku tak berguna dan tidak istimewa...huhihuhuhu” Jari tengah menjawab sambil terisak. ”Jangan bersedih, jari tengah. Ingatlah bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti ada kegunaannya. Kau juga pasti tahu itu kan?” Bunda buku bertanya kepada Jari Tengah. ”Tapi apa kegunaanku? Huhuhuhu” Jari tengah kembali tersedu – sedu.

Kasihan sekali si Jari Tengah. Ia menangis tersedu-sedu. Tapi Bunda Buku punya ide! Betul, Paman! Ide yang bagus sekali. Jadi begini, adik-adik, Bunda Buku tiba-tiba saja menjatuhkan diri dari rak tempat ia disimpan.

”Tolooong...hey, toloong akuu...aku terjatuh dari rak...tolong bantu kembalikan aku ke tempat asalku. Para jari, tolong aku ya...” Bunda Buku berteriak minta tolong. ”Biar aku yang mengankat, aku kan yang paling hebat! Arrrghhh...terlalu..berat...aku tak sanggup.” Ibu Jari berusaha untuk mengangkat tapi tak sanggup. ”Ahahah, begitu saja kau tak sanggup, ibu jari. Mari lihat aku, si telunjuk yang perkasa dan berguna! Akan kuangkat buku ini.....eeerrrghhh...eeerrrghh...aduh! berat juga ya buku ini.” Jari telunjuk pun ternyata tak sanggup.

”Wah, kalau ibu jari dan telunjuk saja tak bisa mengangkat buku itu, bagaimana dengan kita, jari kelingking?” Jari manis berkata kepada kelingking. ”Oh aku juga tak berani mengangkat buku itu sendiri, tak akan kuat!” Kelingking pun merasa tak mampu.

”Saudara-saudaraku, bagaimana jika kita angkat buku itu sama-sama? Kita berlima pasti lebih kuat daripada sendiri-sendiri. Betul kan? Ayo kita coba angkat sama-sama....satu...dua...tiiiii....ga!!!” Jari tengah berkata. Akhirnya mereka berhasil mengangkat Bunda Buku dan mengembalikannya ke rak buku.

Ibu Jari dan Telunjuk akhirnya meminta maaf kepada Jari Tengah karena sudah mengatakan ia tak berguna dan ternyata malah Jari Tengah yang justru paling bijak dan pintar. 

Si jari tengah pun bahagia karena menemukan kelebihannya, yaitu sebagai penengah. Cocok sekali dengan namanya ya, jari tengah menjadi penegah. Gak ada yang suka sombong dan bertengkar dengan saudara-saudaranya kan? Jangan ya...lebih asyik kalau kita rukun dan main sama-sama.

Tidak ada komentar: