Kamis, 22 Oktober 2009

Pelajaran Dari Semangkuk Bakmi


Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di
suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa
uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan
ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk
bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu
berkata, "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"

"Ya, tapi.. aku tak membawa uang", jawab Ana dengan malu-malu.

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab si pemilik
kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, si pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk
bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai
berlinang.

" Ada apa nona?", tanya si pemilik kedai.

"Tidak apa-apa. Aku hanya terharu", jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi.
Tapi.. ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, segera mengusirku
dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah.
Dan kau.. seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri", katanya kepada sang
pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas
panjang dan berkata, "Nona, mengapa kau berpikir seperti itu?
Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau
begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau
kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya?
Dan kau malah bertengkar dengannya"

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.

"Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk
bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih,
tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku
bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena
persoalan sepele, aku bertengkar dengannya".

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk
segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-
kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang
pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika
bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya
adalah, "Ana, kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan
makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan
menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang". Pada saat itu Ana
tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang
lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan
kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita
(keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita
berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Tidak ada komentar: