Selasa, 23 Februari 2010

History Of Harley Davidson - Part 3


Sejarah emas Harley Davidson justru terancam oleh kehadiran motor bikinan Jepang yang lebih murah dan teknologinya lebih maju.

Meski “dibesarkan” oleh Perang Dunia, tidak serta merta Harley Davidson lesu setelah perang usai. Para veteran perang mengenang romantisme di medan tempur dengan berkelana menunggang kuda besinya. Mereka inilah cikal bakal kaum bikers, hidup bergerombol, berjaket kulit, dan tubuhnya penuh rajah.

Gaya hidup yang lekat sebagai simbol maskulinitas ini cepat menyebar, tidak hanya di kalangan eks serdadu. Gaya generasi ini sering disebut Wild Ones, yang diperkenalkan Marlon Brando lewat film berjudul sama. Banyak yang menyebut, gaya hidup mereka yang antikemapanan sebagai bentuk penolakan terhadap puritanisme generasi sebelumnya.

Pada tahun 1948, produksi HD menjadi 31.163 unit. Pada tahun itu, HD meluncurkan mesin 74 inci kubik yang sering disebut Panhead, dilengkapi hydraulic valve lifters dan cylinder head aluminium. Disebut The Panhead karena tutup kepala silindernya menyerupai pantat penggorengan. Memasuki dekade 1950-an, HD sudah dikendalikan oleh generasi kedua keluarga pendirinya.
Pada tahun 1957, diluncurkan The Sportster, yang disebut sebagai biangnya motor besar. Setahun kemudian, diperkenalkan Duo Glide, yang menggunakan suspensi belakang hidrolik untuk melengkapi suspensi depan yang menggunakan model garpu. Di masa inilah, komunitas bikers kian eksis.

Harley Davidson menghadapi tantangan berat ketika memasuki tahun 1960-an. Dalam waktu sekitar 10 tahun Perang Dunia usai, Jepang membangun industrinya dengan cepat. Hasilnya, adalah membanjirnya sepeda motor buatan Jepang di AS. Salah satunya Honda Motor Co. yang memperkenalkan dirinya pada tahun 1959 lewat iklan kecil di majalah sepeda motor. Manajemen HD menganggap, masuknya sepeda motor Honda yang bunyinya tidak sedap itu tidak akan mengganggu penjualan HD. Alasannya, motor bikinan Honda ukurannya terlalu kecil untuk ukuran tubuh orang Amerika.

Untuk memperkuat pabriknya, HD membeli 50 persen saham Aermacchi, anak perusahaan Italia Aeronatica Macchi. Aeoronatica adalah produsen pesawat terbang militer Italia yang pabriknya dibom pasukan Sekutu dalam PD II. Dengan bantuan konsultan teknik dari Milwaukee, Aermacchi memproduksi sepeda motor dengan spesifikasi Harley.

Honda terus mendesak masuk ke segmen pasar HD dengan cara yang tidak kelihatan mengancam, yakni dengan produk kecil yang di Jepang sendiri sangat laris. Setelah itu, penjualan ditingkatkan dengan tetap menekan harga, walaupun dalam proyeksi keuntungan jangka pendek, itu berarti pengorbanan. Setelah berhasil menancapkan kuku, Honda mulai memasarkan motor ukuran besar yang sangat mirip HD. Oleh Honda, simbol kebanggaan Amerika itu ditiru hingga ke bentuk mesinnya.

Langkah Honda menjadi pukulan telak bagi sepeda motor Aermacchi yang dibua di Italia. Aermacchi dapat bersaing di pasar hanya untuk beberapa tahun saja. Setelah itu, terpaksa takluk pada sepeda motor Jepang yang lebih cepat, lebih murah, dan disain mesin maupun sistem listriknya lebih modern.

Salah satu titik lemah HD, seperti yang dikeluhkan para pengendara pada waktu itu, adalah lemahnya kualitas perakitan. Banyak pemilik HD yang membongkar dan merakit sendiri sepeda motornya. Dibandingkan sepeda motor Jepang yang dapat lari kencang mulus tanpa banyak menumpahkan minyak, mesin sepeda motor Harley terkesan primitif. Orang akan segera dapat mengetahui di mana sebuah motor Harley sedang diparkir, dengan melihat tumpahan minyak di tempat parkir.

Majalah sepeda motor di AS, sama sekali tidak mendukung kesusahan yang dialami HD. Mereka cenderung enggan melakukan uji coba pada rilisan terbaru HD. Tidak ada teknologi yang baru, demikian umumnya alasan mereka. Karena itu HD pun terpacu untuk melakukan terbosoan. Pada 1963, HD mengadopsi penggunaan fiberglass dalam komponen sepeda motornya. Untuk keperluan ini, mereka membeli 60 persen saham Tomahawk Boat Manufacturing Co, produsen fiberglass di Wisconsin.

Tidak ada komentar: