Saat ini, hampir semua orang mengenal sosok Jackie Chan. Seorang aktor yang sangat komplet, bisa main film kungfu, menyanyi, komedi, dan berbagai peran menantang lain. Hebatnya, untuk melakoni film-film action yang banyak adegan berbahaya, ia menolak menggunakan pemeran pengganti. Maka, tak jarang, cidera ringan hingga serius kerap dideritanya. Namun, itulah seorang Jackie Chan. Ia selalu berperan total dalam setiap pekerjaan yang dijalaninya.
"Terlahir dari pasangan keluarga miskin, Charles dan Lee-lee Chan pada 7 April 1954, Jackie rupanya memang terbiasa dilatih kungfu sejak kecil oleh ayahnya. Barangkali, inilah dasar utama yang membuat Jackie punya mental baja dalam menjalani setiap peran dalam kehidupannya. Menurut ayahnya, belajar kungfu dapat membangun karakter, kesabaran, kekuatan, dan keberanian, seperti yang dimiliki Jackie saat ini.
Sikap tersebut terbukti dalam perjalanan hidup Jackie kecil. Saat usianya baru menginjak tujuh tahun, ia sudah berpisah dengan orang tuanya yang pergi ke Australia untuk bekerja. Ketika itu, ia dititipkan untuk bersekolah di China Drama Academy. Di sekolah itulah, kemampuannya makin terasah, mulai dari ilmu beladiri, akrobat, menyanyi, dan akting. Selain itu, pola pengajaran di sekolah yang sangat keras, meski kadang membuatnya menderita, justru makin mengasah mentalnya.
Melalui sekolah itu, jalurnya ke dunia perfilman terbuka. Ketika menginjak usia 8 tahun, ia jadi figuran untuk sebuah film berjudul: "Seven Little Valiant Fighters: Big and Little Wong Tin Bar." Ia juga membentuk grup pertunjukan seni beladiri bersama Sammo Hung dan Yuen Biao, dua aktor yang kini juga sangat terkenal.
Namun, kisah perjuangan Jackie tak semulus gerakan lincah kaki dan tangannya. Awal karirnya banyak dilewatkan hanya dengan menjadi figuran atau stuntman. Hanya keberaniannya dalam melakoni adegan-adegan berbahaya yang membuat Jackie cepat dikenal dan banyak dipakai di beberapa film. Sayang, industri film di Hong Kong sempat surut. Ia akhirnya pindah ke Australia mengikuti orang tuanya yang sudah lama tinggal di sana. Tapi, ia tak betah lama di negeri Kanguru.
Jackie akhirnya kembali ke Hong Kong ketika ia mendapat tawaran bermain di sebuah film atas undangan Willie Chan, seorang pencari bakat. Meski kurang sukses, film berjudul: “New Fist of Fury” itu mulai mengangkat namanya. Setelah beberapa film tak sesuai harapan, akhirnya dua film, yaitu "Snake in Eagle's Shadow" dan “Drunken Master” melambungkan namanya hingga ke Asia dan akhirnya sampai ke Hollywood. Di sana, ia sempat membuat sejumlah film yang cukup laris, seperti Rumble in the Bronx, Rush Hour, dan Shanghai Noon.
Kini, saat namanya makin melambung, ia selalu teringat masa ketika masih menderita. Karena itu, ia berkomitmen untuk memperbanyak aktivitas sosial. Salah satunya ditunjukkan ketika ia membantu dan mengunjungi Aceh pascatsunami. Ia kini juga diangkat sebagai duta UNICEF dan UNAIDS, serta membuat beberapa yayasan untuk membantu orang yang membutuhkan, dari memberikan beasiswa, sampai pengobatan gratis. Jackie juga banyak berkeliling dunia untuk menjalankan misi perdamaiannya.
Semangat yang ditunjukkan Jackie patut kita contoh. Meski harus banyak melakoni sejumlah peran kecil, ia pantang menyerah untuk menjadi seorang bintang ternama. Saat sudah besar pun, ia tak lupa asalnya. Saat sukses datang, memang akan jauh lebih bermakna jika kita bisa banyak membantu sesama, seperti yang dilakukan Jackie Chan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar